Menjadi Warga Net yang tak saling mendustakan, sepertinya asik.
Para pengguna sosial media sepertinya sangat mensyukuri datangnya tahun politik. Euforia warga net menyambut hebohnya demokrasi di negeri ini nampak sangat jelas. Status-status dukungan yang keren, dingin, panas dengan bubuhan satire, garam, gula, juga kopi kemana-kemana memenuhi jagad maya.
Sejak pendaftaran Bakal Calon Presiden dan Bakal Calon Wakil Presiden Republik Indonesia, terjadilah pembagian zona nyaman masing-masing pendukung. Selain menjadi penanda mulainya kontestasi perebutan kekuasaan, juga menjadi ajang beradu kreatifitas tingkat tinggi alias kelicikan tingkat dewa atau juga kecerdasan strataksi (strategi dan taktik asik). Tak tanggung-tanggung jurus serta ajian maut jauh-jauh hari telah mulai digunakan, dilancarkan, dan diselundupkan.
Pada babak awal pertarungan, kontestan mulai melengkapi amunisi tim kreatif atau sematan kerennya tim pemenangan. Kekinian masa juga mengharuskan kontestan mempersiapkan tim lain yang tak kalah bengisnya, yakni lasykar cyber. Pasukan datasemen khusus untuk menghadapi serangan di medan perang illusion world (dunia maya).
Selanjutnya tim pemenangan maupun lasykar cyber menjalankan misi masing-masing. Strataksi paling mainstream pada setiap pertarungan, selalu bermula dari character attack (serangan karakter). Targetnya adalah membunuh karakter lawan. Modelnya macam-macam, menarik dan terkadang lucu. Ada yang menyerang lawannya dengan menganggapnya PKI. Ada juga yang meyerang lawannya dengan menganggapnya penculik aktivis ‘98.
Setelah itu, bila karakter lawan masih tetap tegap berdiri dan senyum-senyum asem manis, berarti serangan tadi tidak mempan. Strataksi ethnic group position (posisi suku bangsa) pun diterapkan. Model ini juga beragam, halus, dan kepolosannya hampir masuk akal. Ada yang mengakui calonnya cocok dengan ramalan Jayabaya. Ada yang mengakui calonnya berasal dari banyak suku.
Strataksi-strataksi yang digencarkan setiap tim makin hari terus bertumbuh dan menegangkan bulu-bulu jempol. Fenomena left group dan unfollow/unfriend di sosial media pada momentum saat-saat ini menjadi saksi tak bisu. Sama-sama tahu pilihan tak sama, tapi karena sama-sama ngotot jadinya goltot (golongan ngotot), wkwk. Mestinya kan paling tidak golsan (golongan santai) seperti kepala suku mojok.co @puthutea, atau bersama kami di golsik (golongan asik), dengan begitukan kita bisa sama-sama jadi golnak (golongan enak), ckckck.
Baiklah, orang-orang ngotot yang lagi santai dengan sesuatu yang asik dan cemilan enak.
Strataksi berikut ini bisa jadi paling pamungkas diantara yang lainnya. Strataksi ini tidak lagi hanya dunia saja tapi juga cakupan medannya sudah sampai ke akhirat. Oleh karena itu sangat perlu hati-hati mengistilahkannya, butuh puasa 40 hari, mandi dari tujuh sumber mata air, juga kontemplasi bertahun-tahun untuk menghayati strategi dan taktik asik ini.
Strataksi dunia akhirat itu adalah faith aggression (agresi keimanan). Sebagai ummat tentunya telah mengenal lebih dekat dan sangat baik perihal keimanan kita masing-masing. Namun ternyata itu bukan jaminan, karena bisa jadi keimanan kita terkena agresi dari tim pemenangan dan lasykar cyber.
Ingat!
Keimanan terganggu bukan karena niat penggodanya,
tapi karena kita terlalu berlebihan merasa tergoda, wkwkwk.
Waspadalah… Waspadalah….
Parepare, 18 Agustus 2018
@ibrahlaiman
Muhammad Ibrahim Leman