PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Wacana moratorium penerimaan mahasiswa baru kependidikan, dianggap sejumlah kalangan tidak akan efektif diterapkan. Pun jika diperlukan, penerimaan maba yang sebaiknya dibatasi tanpa menghentikan sama sekali.
Ketua UPP PGSD Parepare FIP UNM, DR Abdul Halik,M.Pd mengakui semakin banyak alumni kampus kependidikan yang tidak terserap lapangan kerja. Sementara penerimaan maba pendidikan, khususnya PGSD dikampus yang dia pimpin memang terus mengalami peningkatan. Meski demikian, dia berharap moratorium itu hanya sekadar wacana.
“Jika memang dirasa perlu, sebaiknya tidak 100 persen dihentikan. Kurangi hingga 50 persen saja. Apalagi memang banyak yang bercita-cita ingin jadi guru,” jelas Halik, saat ditemui PIJAR, Rabu 22/3.
Dia menambahkan, penerimaan mahasiswa baru bisa dibatasi dan disesuaikan dengan beberapa indikator. Misalnya ada berapa guru yang pensiun, meninggal, atau diberhentikan. Ada berapa sekolah baru yang dibuka. Sehingga bisa dihitung berapa mahasiswa baru yang bisa diterima. “Tahun lalu saya dengar ada 350 guru yang pensiun,” ujarnya.
Dikampus PGSD Parepare, penerimaan maba tahun ini diprediksi bertambah dari dua menjadi empat kelas. Sehingga tahun ini akan ada sekira 140 mahasiswa baru yang diterima di PGSD Parepare.
Pegiat Pendidikan dari Research and Education Foundation (REF) Parepare, Ahmad Kohawan menambahkan jika alasan kebanjiran alumni pendidikan dan menganggur, moratorium maba pendidikan tidak akan ada gunanya. “Itu sama halnya dengan, karena barang banyak yang tidak laku, kamu akhirnya tdk berproduksi sampai stok lama laku terjual,” jelas Ahmad.
Masalahnya kata Ahmad, selain pada lapangan kerja, sejak awal sistem pendidikan tinggi kita lebih khusus lagi keguruan banyak yang mesti dibenahi. “Kita tidak harus berhenti berproduksi jika mengerti bagaimana mencipta pasar,” tandasnya.
Wacana moratorium ini digaungkan sejumlah praktisi pendidikan, mengingat banyaknya alumni kampus kependidikan yang tidak terserap lapangan kerja sesuai bidangnya. Salah satunya datang dari Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Ramli Rahim. (mul-ris/ris)