MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk bermanfaat bagi sesamanya bahkan memotivasinya kuat dan tangguh. Itu dibuktikan oleh Nicky Clara sosok perempuan penyandang tunadaksa. Nicky kini membangun kegiatan sosial yang dikhususkan bagi penyandang disabilitas.
Nicky bercerita, kaki kirinya memang tidak sempurna sejak kecil. “Waktu itu usia kandungan mamaku tiga bulan, dan seharusnya keguguran. Jadi saat itu harus dikuret. Ternyata, (saat dikuret) aku masih berkembang di dalam perut. Jadi saat aku lahir, kaki kiri itu hanya punya tiga jari,” ujar Nicky.
Hingga usianya satu tahun, kaki kiri itu ternyata tidak berkembang, sehingga sebagian dari kakinya harus diamputasi agar bisa menyesuaikan dengan prosthetic leg (kaki palsu) yang sampai saat ini menemaninya.
Kondisi itu tidak membuatnya malu dan gengsi, Nicky tetap percaya diri dan bersaing dengan pemuda lainnya. Percaya diri itu kian muncul karena mendapat support dari orang tuanya agar tidak menutupi kekurangan yang dimilikinya.
Bahkan sejak semasa sekolah ia bersyukur disekolahkan di sekolah umum dan diperlakukan layaknya siswa lainnya.
“Aku disekolahkan di sekolah umum, orang tua selalu mengajarkan untuk jangan pernah menutupi kekurangan dirimu, tetapi tunjukkan kelebihan dirimu,” katanya.
Menurutnya, terlahir di keluarga yang mendukungnya merupakan modal utama baginya memacu diri dan memperlihatkan keahliannya. Ia mengaku sangat bersyukur memiliki keluarga yang selalu mendukungnya dalam berbagai hal.
“My first privilege itu adalah memiliki support system yang luar biasa dari keluarga. Tanpa adanya keluarga yang mendukung aku dari awal, mungkin aku enggak bisa seperti sekarang,” sebutnya.
Saat ini Nicky, berhasil menyelesaikan studinya di program studi S1 Psikologi di Universitas Tarumanegara pada tahun 2009 sampai 2014.
Selanjutnya ia sempat mendapat beasiswa dari perusahaan yang didirikan untuk melanjutkan studi S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan menyandang gelar Master of Business Administration.
Tahun 2017 lalu merupakan awal dirinya bergelut di dunia sosial enterprise. Saat itu ia terdorong untuk melakukan sesuatu terhadap orang-orang yang senasib dengannya.
Momen itu dia sebut sebagai menginjak bumi kembali, sehingga memutuskan untuk bergabung dengan Thisable Enterprise merupakan social enterprise yang berfokus pada pemberdayaan penyandang disabilitas di dunia tenaga kerja.
“Aku hanya ingin melakukan sesuatu untuk komunitas penyandang disabilitas di Indonesia. Aku mencoba mencari tahu dan bertemu Angkie (pendiri Thisable). Aku suka visi misi mereka dan that’s the moment I joined Thisable,” ceritanya.
Tidak sampai disitu, perempuan yang murah senyum itu terus melakukan pelebaran sayap terhadap dunia social enterprise dengan mengembangkan social enterprise lainya seperti Tenoon, Berdaya Bareng, Kamu Wear, dan Menembus Batas.
Sejak kecil, CEO Founder Berdaya Bareng itu bercita-cita menjadi diplomat. Hal itu berhasil ia wujudkan sebagai Diability Womenpreur (Pengusaha Wanita Disabilitas).
Pada tahun 2018, Nicky berkesempatan mengikuti YSEALI (Young South East Asia Leaders Initiative) for Economic Empowerment di USA.
Program itulah yang sebagi pintu masuk menuju dunia bisnis dan pemberdayaan. Melalui itu Ia memiliki visi dan misi untuk menjadi entrepreneur yang bisa membantu sesama penyandang disabilitas, sekaligus meningkatkan isu inklusivitas di Indonesia.
Ia berharap lewat langkah yang diambilnya sebagai disability Womenpreur memberikan kontribusi lebih kepada negara Indonesia menjadi negara yang inklusif tanpa ada batasan dan diskriminasi terhadap disabilitas
“Ketika membicarakan tentang inklusivitas tentunya aku berharap Indonesia menjadi negara yang lebih inklusif dan seluruh insan masyarakat menjadi lebih paham tentang arti kata inklusif “equality”. Tidak ada lagi Batasan antara disabilitas dan non disabilitas dalam seluruh pilar aksesibilitas pendidikan, pekerjaan dan informasi,” ungkapnya
Melalui sosial enterprisenya itu, ia sukses merangkul dan memberdayakan para anak muda, wanita dan penyandang disabilitas lewat kegiatan yang dilaksanakan.
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin