MAKASSAR, PIJARNEWS.COM—Di tengah menjamurnya gerai es krim modern, masih ada yang bertahan menjual es krim secara tradisional. Seperti yang dilakukan oleh Parjono, penjual es krim keliling yang hanya bermodal sepeda.
Sabtu (16/11/2024) pukul 14.30 WITA, saya berjumpa dengannya saat dia menjajakan es krim jualannya di Jalan Minasaupa Kompleks Anggrek, Makassar.
Pria perantau itu kelahiran Klaten tahun 1963. Ia besar dari keluarga sederhana.
Parjono tinggal di Jalan Bonto-Bontoa dan memulai usahanya sejak 1994. Ia datang ke Makassar untuk menjual es kelilingnya. Parjono mulai menjual es krim mulai pukul 08.00. Bersepeda dan tak kenal lelah. Pada awalnya, Parjono berkeliling menjual es krim dengan berjalan kaki sambil mendorong gerobaknya. Lambat laun, uang yang ia kumpulkan untuk membeli sepeda pun terkumpul.
Parjono membuat es krim dengan bahan-bahan sederhana. Menggunakan susu kental manis dan juga santan, lalu Parjono menggilingnya dengan sebuah alat yang dia buat sendiri.
Alat itu diambil dari dinamo bekas mesin cuci yang sudah tak terpakai. Lalu, Parjono membuatkan wadah untuk memungkinkan dia memasukkan bahan-bahan dasar es krim.
Setiap hari, Parjono dengan penuh semangat mengayuh sepedanya mengais rezeki demi keluarganya di rumah.
“Saya punya tanggung jawab di rumah, Mas. Jadi saya gak boleh menyerah untuk cari uang demi kebutuhan keluarga,” ucapnya.
Musim hujan saat ini, Parjono tetap menjual es krim. Peminatnya memang sedikit dibanding saat cuaca terik.
Ada beberapa titik yang dia lewati. Di sekitar kampus Universitas Hasanuddin Gowa dan sekitar kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Beberapa mahasiswa Unismuh juga menggemari es krim buatannya.
“Di banding dengan es krim yang banyak di jual di toko, memang punya pak Parjono rasanya berbeda. Mungkin es krim dari brand besar rasanya lebih enak, tapi saya kira orang-orang yang membeli es krim keliling Pak Parjono sekaligus ingin mengenang masa kecil dulu. Apalagi di era 2000-an,” tutur Auser, salah satu pembeli.
Harga es krim Parjono cukup ramah di kantong. Satu cup jika pakai cone, hanya Rp3.000. Kalau pakai roti, Rp5.000. Satu es krim, dia peroleh untung bersih Rp500.
“Alhamdulillah, syukur kalau sehari bisa dapat Rp100 ribu sampai Rp150 ribu. Agak menurun saat ini karena lagi musim hujan. Ya, saya serahkan sama yang Di Atas penghasilan ini untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Karena saya hanya bisa usaha ini,” paparnya.
Di tengah ketatnya persaingan es krim dengan brand besar, Parjono tetap optimis. Dia bersyukur, setiap hari es krimnya selalu habis. Dia juga berpesan kepada generasi muda untuk tidak malu berusaha dan mencoba hal-hal baru.
“Yang penting tidak merugikan kamu. Kalau bisa bekerja, ya bekerja dari sekarang. Anak muda jangan kerjaannya hanya diam-diam, nanti tiba-tiba nge-slot. Jauhi kegiatan yang tidak ada manfaatnya,” ingatnya sambil berlalu mengayuh sepedanya. (*)
Citizen Reporter: Bayu Setiawan Supardi