PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Aktivitas ekonomi di Pasar Lakessi sepanjang 2017 yang lesu menjadi bahasan dalam Dialog Publik Proyeksi Ekonomi Bisnis Parepare 2018 Peluang dan Tantangan yang dilaksanakan pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Parepare, Sabtu (30/12) di Hotel Bukit Kenari.
Tampil sebagai pemateri, Plt Sekkot Parepare, Iwan Asaad, Andi Nataluddin dan Presidium KAHMI Gusti Girmansyah.
Saharuddin salah seorang peserta dialog menyoroti peran pemerintah dalam memajukan Usaha Kecil Menengah Mikro di Parepare. “Saya mempertanyakan peran apa yang selama ini dilakukan pemerintah dalam memajukan ekonomi, karena saya menilai pemerintah hanya sibuk mengurus fisik dan tidak ada upaya memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan ekonomi,” kata alumni STAIN Parepare ini.
Muhlis Farid Abdullah salah seorang peserta mempertanyakan indikator 7 persen pertumbuhan ekonomi Parepare. Sementara Pasar Lakessi yang menjadi denyut nadi perkonomian Parepare lesu. “Dari segi mananya pencapaian itu karena penjual di Lakessi mengeluh, pemasukan sepi,” katanya.
Hal senada juga dikemukakan Baktiar Abubakar yang menyebutkan pedagang Lakessi mengeluh transaksi menurun. “Sebenarnya potensi di Parepare yang bisa dikembangkan adalah industri kreatif, tetapi pelaku usaha bertanya kalau sudah dibuat dikemanakan kalau dijual, ini lagi kendalanya,” kata Baktiar Abubakar.
Sementara itu anggota Presidium KAHMI lainnya Amran Ambar mengatakan, yang perlu di Parepare bagaimana melahirkan entrepreneurship. “Saya yakin 3 persen saja orang Parepare yang berjiwa entrepreneur, maka Parepare akan berjaya,” katanya. Soal pembangunan yang tidak menyentuh masyarakat karena tugas utama pemerintah hanya menstimulasi masyarakat dengan kemampuan terbatas. “Sekarang bagaimana masyarakat menggunakan kecanggihan teknologi dan tidak perlu lagi banyak tenaga dan buka lapak, sisa laptop saja,” katanya.
Plt Sekkot Parepare, Iwan Asaad menegaskan, Pemkot dengan teori telapak kaki yang digagas wali kota adalah membangun prasarana perkotaan sehingga mendorong orang untuk datang ke Parepare. Termasuk industri tanpa cerobong asap. “Misalnya konsep industri pariwisata dengan tujuan wisata misalnya bagaimana Parepare menjadi kota wisata kuliner,” katanya.
Soal pembangunan infrastruktur itu memang menjadi kewajiban pemerintah. “Namun semua berdasarkan usulan masyarakat melalui Musrenbang,” katanya. Iwan juga mengungkap 2018 mendatang Pemkot akan memberlakukan sistem e planning. “Jadi semua transaksi keuangan melalui rekening, tidak adalagi penyerahan secara langsung sebagai bentuk transparansi,” katanya. Kepala Bapedda Parepare ini juga menegaskan kelesuan Pasar tidak hanya di Parepare tapi hampir seluruh Indonesia. “Itu karena perubahan pola prilaku konsumsi masyarakat. Kalau di pasar Lakessi pedagang punya los kalau mau maju juga harus restorasi dengan melakukan penjualan sistem onlineshop,” katanya.
Kendati demikian, kata Iwan, Pemkot tidak bisa menyimpulkan bahwa tidak ada masalah di Lakessi. “Makanya melalui dana insentif daerah akan dibuat pasar basah dan membongkar bagian belakang Gerbang Niaga untuk diratakan, karena kalau pasar bagian belakang berfungsi pembeli cenderung tidak ke pasar induk, tapi semua akan dibenahi Pemkot,” pungkasnya. (arb/asw)