LUTRA, PIJARNEWS.COM – Pemerintah Daerah Luwu Utara (Lutra) berkolaborasi dengan Fauna Flora Internasional (FFI) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulsel dalam hal pelestarian lingkungan.
FFI merupakan Lembaga Non Government Organization (LGO) yang tengah mendorong Rencana Program Pelestarian Ekosistem Hutan Pegunungan Gandang Dewata, Kabupaten Luwu Utara.
Hal itu terungkap dalam Sosialisasi Rencana Program Pelestarian Ekosistem Hutan Pegunungan Gandang Dewata di Command Center Kantor Bupati Luwu Utara, Senin (21/03/2022).
FFI Country Director, Cahyo Nugroho mengatakan, pihaknya memiliki misi untuk melakukan konservasi sebagai proses sosial dan dinamis.
“FFI adalah NGO tertua di dunia konservasi satwa liar internasional yang terbentuk dan memengaruhi praktik konservasi sejak tahun 1903,” ungkapnya yang terhubung lewat aplikasi zoom.
Fokusnya, lanjut Cahyo, adalah melindungi keanekaragaman hayati untuk sistem pendukung kehidupan yang menjadi penopang hidup manusia dan spesies lainnya.
Ia lalu mengajak seluruh pihak termasuk sektor swasta, LSM, masyarakat adat, dan akademisi untuk mengambil bagian. Terutama untuk saling berbagi dalam rangka mengumpulkan energi dan mendorong sejumlah aktivitas yang diharapkan dapat mendukung peran dan fungsi ekologis kawasan khususnya di daerah pegunungan.
“Apresiasi setinggi-tingginya kepada ibu bupati yang telah mendukung program ini dan kepala BBKSDA Sulsel sebagai mitra pelaksana. Juga kepada masyarakat yang akan terlibat aktif saat pelaksanaan program ini,” imbuhnya.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani mengapresiasi rencana program tersebut. Indah menyebut suatu kerjasama berbagai pihak untuk mendukung dan berkomitmen dalam upaya melestarikan hutan di Kabupaten Luwu Utara.
“Ini juga sudah mencakup upaya mitigasi bencana,” ungkapnya.
Untuk itu, kata Indah, diperlukan adanya masukan, saran dan arahan multi stakeholder. Harapannya agar menghasilkan rekomendasi sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan program pelestarian ekosistem hutan di Pegunungan Gandang Dewata.
Mantan Dosen Universitas Indonesia ini menjelaskan, Kabupaten Luwu Utara saat ini sedang melakukan pembangunan di berbagai sektor dengan menempatkan masyarakat Luwu Utara sebagai subyek pembangunan . Hal ini tentulah tidak akan mudah apabila kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak tidak dilakukan.
“Sebagaimana diketahui, Luwu Utara dengan luas ± 7.502,58 kilometer persegi merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang masih memiliki Luas Tutupan Hutan yang masih bertahan,” jelasnya.
Dengan luasan tersebut, menurut Indah, pemda tentunya perlu menyiapkan langkah-langkah untuk mengimplementasi Rencana Tata Ruang Wilayahnya. Tanpa adanya implementasi Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) Kabupaten, maka tujuan, kebijakan dan strategi pemetaan ruang wilayah tidak dapat tercapai serta struktur ruang maupun rencana pola ruang wilayah kabupaten juga tidak akan terwujud.
“Kami punya keyakinan program yang dibawa FFI ini mempunyai manfaat baik untuk banyak orang. Tentu kami berharap bisa menjadi penguatan penyusunan tata ruang di Kabupaten Luwu Utara, dengan tetap mengacu kepada regulasi yang ada,” imbuh bupati perempuan pertama di Sulsel ini.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulsel, Jusman mengatakan program akan bisa terlaksana dengan baik jika terjalin kerjasama yang baik pula.
“Kami sangat berterima kasih karena ibu bupati berkenan menerima audiensi dalam rangka penyelenggaraan kegiatan ini. Kami melihat atmosfer penerimaan hari ini luar biasa. Saya kira ini juga luar biasa untuk kawan-kawan FFI dalam melaksanakan kegiatan hingga 2026 nanti,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan kerjasama, lanjutnya, ada 3M sebagai modal yang dibutuhkan. Yakni Mutual Respect (bagaimana kita saling menghargai satu sm lain). Kedua, Mutual Trust, saling percaya. “Dengan 2M ini, kita akan sampai pada Mutual Benefit atau kebermanfaatannya,” ucap Jusman. (*/adv)