PAREPARE, PIJARNEWS.COM – SMAN 5 Parepare menyelenggarakan Pengimbasan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengenalan Anak Kesulitan Belajar, Rabu (21/8/2024).
Saat dihubungi Wakil Kepala (Wakasek) Kesiswaan SMAN 5 Parepare Evairawati, S. Si, M. Pd menjelaskan urgensi dan tujuan kegiatan tersebut, dimana fenomena saat ini banyak ditemukan anak SD sampai perguruan tinggi memiliki kesulitan dalam belajar.
Namun, kata dia, tidak semua orang tua, guru maupun masyarakat paham tentang mereka hingga dianggap sebagai anak yang bodoh karena tidak bisa membaca (disleksia), menulis (dysgraphia), menghitung (dyscalculia) bahkan hilangnya sebagian bahasa (dysphasia) dan dari beberapa kasus seringkali mereka memperoleh perlakuan diskriminatif.
“Sehingga berdasarkan hal tersebut arahan dari Permendikbud Ristek Nomor 48 Tahun 2023 mengenai Akomodasi yang Layak bagi Peserta Didik Disabilitas, maka kondisi kesulitan belajar ini wajib untuk diberikan akomodasi oleh guru kelas, guru mata pelajaran ataupun pendidikan lain,” urainya.
Oleh karena itu, guru perlu mendapatkan kesempatan untuk mendapat pengetahuan tentang kondisi anak kesulitan belajar melalui program Bimtek pengenalan anak kesulitan belajar diselenggarakan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru agar mereka mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang mengalami kondisi kesulitan belajar.
“Program ini dilaksanakan melalui dua tahapan kegiatan yaitu Orientasi dan Bimbingan Teknis dan peserta dari kegiatan bimtek ini akan melakukan pengimbasan secara tidak langsung melalui PMM dan secara langsung melalui pengimbasan dengan rekan guru di sekolah masing-masing,” jelasnya.
Adapun yang menjadi peserta dalam kegiatan ini adalah warga sekolah termasuk para guru di sekolah dan dihadiri oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua komunitas belajar, guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran dan tenaga kependidikan. jumlah peserta kurang lebih 30 orang.
Dalam kegiatan tersebut, kata dia, dilakukan melalui penyampaian materi tentang konsep kesulitan belajar anak, jenis kesulitan belajar, strategi penanganan dan media yang dapat digunakan untuk menangani kesulitan belajar seperti kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (dysgraphia), kesulitan menghitung (dyscalculia) dan kesulitan berbahasa (berbicara) atau hilangnya sebagian bahasa (dysphasia).
Dirinya pun berharap ke depannya dengan pemahaman materi tentang pengenalan kesulitan belajar anak, sebagai dasar untuk mengidentifikasi sejak dini anak yang mengalami kesulitan belajar (anak yang berkebutuhan khusus) dan bagaimana cara menangani anak tersebut untuk menemukan cara belajar yang tepat. (A/why)