PAREPARE, PIJARNEWS.COM – Beragam kisah dan suka duka seseorang membangun usaha. Jika dilakukan dengan fokus dan serius, impian bisa benar-benar jadi kenyataan. Tengoklah kisah Hamka dalam merintis usaha Fotocopy dan Alat Tulis Kantor (ATK) Sinar Agung di Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
Hamka (41), pengusaha fotocopy dan Alat Tulis Kantor (ATK) ini memang cukup dikenal di Kota Parepare. Sebab, selain jadi pengusaha, pria ini juga berprofesi sebagai dai’ yang aktif mengisi pengajian Majelis Taklim di masjid-masjid di Kota Parepare. Tak hanya itu, Hamka juga aktif di organisasi keagamaan seperti BKPRMI dan Partai Dakwah PKS Kota Parepare.
Usaha fotocopy dan penjualan ATK digeluti Hamka sejak 2007. Usaha yang dirintisnya selama 11 tahun ini membuatnya cukup familiar di Lingkup Kantor Wali Kota. Apalagi lokasi rumah dan toko-nya berada di lokasi perkantoran yakni di Jalan Jenderal Sudirman, tak jauh dari Kantor BPJS.
Hamka lahir 12 Juli 1977 di Desa Bonto Kassi, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Ia yang dibesarkan di keluarga sederhana dan pas-pasan membuatnya semakin termotivasi belajar hidup mandiri.
Sejak kecil, Hamka ditinggal wafat ayahnya saat berumur satu tahun. Ia kemudian dibesarkan seorang ibu bersama tiga saudaranya. Sejak kecil, Hamka sudah diajarkan belajar hidup mandiri bersama saudaranya yang lain.
Diusianya yang masih belia, ia bersama saudaranya sepulang dari sekolah sering turun ke sawah bertani sambil menggembala dua ekor kerbau miliknya.
Dimasa kecilnya, Hamka sudah terdidik dengan ilmu agama dari pamannya. Saat itu, Hamka tinggal di lingkungan yang religius dari keluarga almarhum ayahnya yang berprofesi sebagai guru Agama Islam. Pamannya juga merupakan Tokoh Muhammadiyah di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
Sejak kecil, Hamka memang senang belajar Agama Islam dan sering ikut lomba keagamaan hingga dapat juara.
Dengan dasar agama yang tertanam dalam dirinya, sejak kecil setelah tamat SMP di Takalar, ia ingin lebih banyak belajar agama Islam. Ia pun melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin Kabupaten Gowa sejak 1993 dan tamat 1996.
Setelah tamat dari Ponpes Hasanuddin, Hamka melanjutkan pendidikannya di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan menyandar gelar sarjana tahun 2000.
Tahun 2001, ia bekerja di PT Asuransi Jiwa selama setahun. Ia lalu beralih profesi menjadi fotografer pada tahun 2002.
Di tahun 2003, ia diterima bekerja di perusahaan PT Bina Swadaya Takalar. Sepulang dari bekerja, Hamka tak lupa mampir di masjid dekat rumahnya untuk mengajar anak-anak di TKA-TPA. Taman Pendidikan Alquran ini dirintis Hamka sejak tamat kuliah.
Setelah bekerja sekira tiga tahun di perusahaan, ia pun bercita-cita punya usaha sendiri. Cita-cita tersebut sudah diimpikan sejak duduk dibangku kuliah.
“Untuk menggapai impian tersebut saya harus banyak belajar dan rajin membaca buku tentang orang-orang sukses berbisnis. Paling utama misi saya adalah bisa membuka lapangan kerja untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain,” ujar Hamka kepada Pijarnews.com, Selasa 4 September 2018.
Di tahun 2005, Hamka mengundurkan diri dari perusahaan dan mencoba mencari formulasi usaha yang cocok. Tentunya sambil mengurus umat dengan jalan berdakwah. Maklum, kata Hamka, waktu itu ia diamanahi menjadi Ketua DPK-BKPRMI Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.
Diusia 27 tahun, Hamka kemudian menikahi gadis pujaannya dari suku bugis Sidrap, Naswati M Toaha. Ia menikah tahun 2005. Saat itu, Hamka mengaku belum punya pekerjaan dan usaha tetap.
Pada tahun 2007, Hamka menetap dan tinggal di Kota Parepare bersama istrinya yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kantor Wali Kota Parepare.
Sejak menetap dan tinggal di Kota Kelahiran Presiden BJ Habibie ini, ia mulai berpikir tentang usaha yang pernah ia cita-citakan semasa kuliah. “Saya mencari jenis usaha yang paling tepat pada saat itu. Setelah berdiskusi dengan istri, maka lahirlah dua pilihan jenis usaha. Yakni usaha percetakan-fotocopy dan perbengkelan motor,” ujar Hamka.
Kedua usaha ini, lanjut Hamka, tidak satu pun berkorelasi dengan disiplin ilmu yang ia dapat saat duduk dibangku kuliah yakni Jurusan Bahasa Arab. “Terdengar lucu kan, jurusan Bahasa Arab yang akan terjun di berbisnis fotocopy dan usaha bengkel,” ujarnya sambil bercanda.
Dengan diskusi yang panjang dan beberapa pertimbangan, Hamka kemudian menjatuhkan pilihan pada usaha percetakan dan fotocopy.
Tepat 13 Maret 2007, ia bersama istrinya memulai usahanya dengan nama Toko Sinar Agung. Hamka kemudian menyewa gardu jualan di belakang Kantor DPRD Parepare. Ukurannya 3 X 5 meter persegi. Gardu tersebut terbuat dari kayu berdinding seng.
Modal awal investasi usaha waktu itu, kenang Hamka, yakni
satu buah mesin fotocopy dan satu etalase kaca beserta isinya. Total investasi sekira Rp12 juta. Sebagian modal usahanya, sambung Hamka, diperoleh dari bantuan pinjaman dari keluarga.
“Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah Subhana Wataala serta semangat kerja, fokus, dan optimis, hanya satu setengah tahun kami pindah ke Jalan Poros Jenderal Sudirman. Kami kemudian menempati lokasi tanah milik sendiri dengan bangunan seadanya,” kenang Hamka menceritakan kisah perjuangannya membangun dan mengelola usaha.
Hamka memang selalu yakin, sedikit demi sedikit Insya Allah akhirnya usahanya bisa berkembang. “Banyak suka duka merintis usaha ini. Berbagai cara dan metode kami tempuh dengan penuh keikhlasan, kesabaran, mengiringi setiap langkah kami berdagang,” kata Hamka.
Dengan kerja keras tersebut, Hamka pun mulai menabung dan menyisihkan laba usaha setiap tahun. Keuntungan itu digunakan untuk melunasi utang dan membangun ruko secara bertahap.
Pada tahun 2009, usaha ini beralih status menjadi Perusahaan CV Sinar Agung dan berbadan hukum. Sejak saat itu, urai Hamka, perusahaan resmi bekerja sama dengan Pemerintah Kota Parepare sebagai rekanan. Tak hanya itu, kerja sama juga dilakukan dengan sejumlah instansi lainnya di Kota Parepare.
“Seiring berjalannya waktu, syukur Alhamdulillah perkembangan usaha fotocopy dan ATK mengalami tren yang cukup baik dan pesat. Dari hasil keuntungan perusahaan, aset dan omzet dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Saat ini kami sudah memiliki dua ruko dan tanah serta melebarkan sayap dengan mengembangkan usaha indekos, ” ujar Hamka.
Tahun 2015, CV Sinar Agung mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di depan Kampus IAIN Parepare. Ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan kantor dan mahasiswa di lingkungan kampus.
“Hanya saja, cabang Sinar Agung di depan Kampus IAIN Parepare tidak diaktifkan lagi. Sebab di sekitar Kampus banyak usaha fotocopy dan ATK yang umumnya menjadi langganan Sinar Agung saat membeli bahan baku fotocopy dan ATK,” tandas Hamka.
Melihat peluang dan kian meningkatnya kebutuhan kantor dan sekolah serta tren masyarakat yang senang belanja di mini market, Hamka kemudian membuat terobosan baru. Ia membuka mini market atau swalayan ATK Sinar Agung terlengkap di Kota Parepare sejak 2017. Lokasinya tepat di depan Kantor Samsat Jalan Jenderal Sudirman Parepare.
Sejak dibuka, lanjut Hamka, swalayan ATK di tengah perkantoran Jalan Jenderal Sudirman semakin hari semakin ramai dikunjungi. Baik warga Parepare maupun pengunjung dari berbagai daerah seperti Sidrap, Pinrang, Soppeng, Pinrang, dan Enrekang. “Bahkan ada pelanggan kami dari Majene dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat,” ungkap Hamka.
Pada Maret 2018, CV Sinar Agung mencoba melebarkan sayapnya di luar Kota Parepare. Hamka membuka cabang di Kabupaten Takalar yang merupakan tempat kelahirannya. “Lokasinya berada tak jauh dari Kantor Bupati Takalar,” ujar Hamka.
Berbagai rintangan telah dilalui Hamka membangun perusahaan ATK ini. “Syukur Alhamdulillah, perusahaan ini sudah memiliki tiga cabang dan sembilan karyawan. Di awal tahun 2018, satu perusahaan sudah menghasilkan omzet Rp350 juta hingga Rp450 juta per bulan. Saat ini modal investasi CV Sinar Agung yang sedang berjalan sudah mencapai Rp1,5 miliar,” terang Hamka.
Rencananya tahun 2019, lanjut Hamka, CV Sinar Agung akan membuka lagi swalayan ATK di Parepare yang lebih besar dan terlengkap. “Soalnya tempat dan lokasi swalayan saat ini kurang luas. Doakan semoga bisa terealisasi di tahun 2019,” tutup Hamka. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar
Editor: Dian Muhtadiah Hamna