
Novelti dari disertasinya tersebut ada tindakan atau perilaku sikridasi ekonomi dari pandai besi dalam melakukan industri kreatif tradisional. Ia mengambil informasi pandai besi di tiga area Ajatappareng yang terbesar yakni Massepe, Sidrap, Maiwa (Komunitas Pandai Besi Sageno) Enrekang, dan Pambers (Panre Bessi Bersaudara) Pinrang.
Pria kelahiran 1 November 1978 ini mengangkat Panre Bessi di Ajatappareng sebagai disertasinya. Sebab hal tersebut merupakan fenomena ekonomi yang masih eksis hingga kini.
“Ini kan fenomena ekonomi lokal yang bisa bertahan dan eksis sampai sekarang, khususnya di Massepe. Sejak sudah ada abad istilahnya sebelum Indonesia masih kerajaan Sidenreng sudah ada penre bessi di Massepe,” pungkas suami Andi Hasrawati ini.
Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, pengrajin pembuatan parang, sabit dan alat pertanian masih tetap beraktivitas.
Panre bessi juga merupakan mata pencaharian dan bisa memberikan pengaruh implikasi ekonomi, serta menopang hidup mereka, khususnya di Massepe.
“Di sini makanya saya tertarik sekali untuk mengeksplor ini pandai besi sebagai ekonomi kreatif tradisional, bisa eksis di segala zaman. Ternyata ada beberapa faktor, yang pertama, ekonomi kreatif tradisional ini sangat bisa memberikan pengaruh implikasi ekonomi yang sangat menopang kehidupan orang di Massepe, khususnya. Itu adalah mata pencahariannya, kalau masuk ki ke Massepe itu bertalu talu itu suara gelindra dan palu di Massepe,” ujar Bahri.
Setelah menyelesaikan program doktor, Andi Bahri masih berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (profesor/guru besar, red) setelah ia mampu menyelesaikan sejumlah persyaratan.
Andi Bahri berpesan kepada mahasiswa dengan memberikan motivasi dalam petuah bugis “Resopa Temmangingngi Nalettei Pammase Dewata”, ia mengatakan bahwa pepatah tersebut juga bisa berlaku sebagai motivasi yang luar biasa.
“Reso temmanginggi, malomo naletei pammase dewata. (Hanya dengan kerja keras dan ketekunan maka akan mudah menapatkan ridho Allah SWT, red). Nah untuk belajar itu juga, bisa berlaku sebagai motivasi yang luar biasa. Jadi aja mu mangingngi (jangan putus asa, red). Jadi, jangan hanya karena tugas, selalu merasa berat. Artinya, semua proses ini harus dijalani, dan memang inilah prosesnya, hasilnya itu dinikmati saja,” tutup Andi Bahri yang kini tinggal di Perumahan Griya Bukit Harmoni Lapadde, No 2 di depan SD No 20 Lapadde, Parepare. (*)
Penulis : Sunarti Mansyur
Editor : Alfiansyah Anwar