PAREPARE, PIJARNEWS.COM — MPC Pemuda Pancasila (PP) Kota Parepare mengecam tersangka kasus sabu 1,6 kg, Ichsan (16). Ketua MPC PP, Fadly Agus Mente menyesalkan keputusan Kejari yang menyatakan berkas MI belum lengkap, dikeluarkan hanya beberapa hari sebelum masa penahanan tersangka habis.
“Permintaan jaksa agar polisi melengkapi berkas dengan menemukan DPO dan menetapkannya sebagai tersangka, sangat tidak mungkin. Tidak mungkin bisa ditemukan dalam waktu singkat,” kritik Fadly, dalam rilis yang diterima PIJAR lewat Humas MPC PP Parepare.
Awink -sapaan Fadly- berharap Kejari tidak justru melemahkan gerakan pemberantasan narkoba yang sedang giat dilaksanakan. Dia juga menyebut, bakal mengunjungi Kejari untuk mempertanyakan langsung hal tersebut. Bahkan, langkah lebih keras siap dilakukan MPC PP.
“MPC Pemuda Pancasila mendesak Komisi Kejaksaan untuk turun tangan. Periksa keputusan jaksa mengembalikan berkas tersangka tersebut,” tegasnya.
Sebelumnya, praktisi hukum dan akademisi juga menyorot keras hal ini. “Ini jelas sangat mengecewakan publik. Kita akan pertanyakan ke jaksa ada apa sehingga seorang tersangka sabu bisa bebas?,” tegas pengamat hukum yang juga akademisi di Fakultas Hukum Umpar, Muh Nasir Dollo.
Nasir menegaskan, waktu yang dimiliki polisi untuk melengkapi berkas juga sangat sempit dengan masa penahanan tersangka. Akhirnya tersangka melenggang bebas. Dia menyebut, permintaan jaksa menetapkan DPO sebagai tersangka sangat tidak relevan dengan status Ichsan.
Lebih detail, Praktisi Hukum Makmur M Raonah menjelaskan dalam perkara ini yang berlaku adalah lex spesialis derogat lex generaly (hukum yang mengatakan aturan khusus mengenyampingkan aturan umum), atau lebih dikenal dengan lex posteriori derogat lex periori (hukum yang baru mengenyampingkan hukum yang lama).
“Petunjuk jaksa yang meminta DPO lain yang disebut Ichsan (SM dan BB) untuk dijadikan tersangka, itu bukan menjadi alasan berkas Ichsan dikembalikan (P19). Publik tentu bertanya, apakah ada keterlibatan pihak tertentu yang membuat jaksa tidak berdaya?,” kritik Makmur. (ris)