MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Tular Nalar 3.0, program Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) yang didukung google.org dan Love Frankie menularkan konsep demokrasi dan politik yang kondusif tanpa hoaks pada generasi Z di Makassar melalui Sekolah Kebangsaan.
Kali ini Program Tular Nalar berkunjung ke UIN Alauddin Makassar (UINAM) dan berbagi pengetahuan mengenai pemilu, demokrasi, dan pengindraan hoaks atau prebunking pada 106 mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang semuanya adalah first-time voters (pemilih pemula), Rabu (15/11/2023).
Hadir pada kegiatan tersebut, Koordinator Wilayah (Korwil) Mafindo Makassar Andi Fauziah Astrid, PIC Tular Nalar Makassar Nurul Septiani, Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar Muhammad Sahid, Perwakilan Tular Nalar Pusat Citra Rosalyn Anwar, dan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang diwakili oleh Wakil Dekan 3 Dr. Syamsuddin AB, S.Ag., M.Pd sekaligus membuka acara. Sementara 10 fasilitator bertindak menjadi pendamping para peserta yang hadir.
Perlu diketahui, Sekolah Kebangsaan sangat diperlukan karena sistem pendidikan tradisional belum mempersiapkan first-time voters untuk beradaptasi dalam era digital, terutama menjelang tahun politik 2024. Tular Nalar, dengan prinsip demokrasi, berusaha mengatasi hal ini melalui prebunking, bertindak sebagai vaksin proaktif melawan penyebaran hoaks, berita palsu, ujaran kebencian, dan disinformasi.
Andi Fauziah Astrid mengatakan, kegiatan Sekolah Kebangsaan ini adalah sesi kedua setelah sebelumnya dilaksanakan di UNM. Kegiatan ini dilaksanakan di seluruh Indonesia. Program dengan tagline #genZBisaMilih ini sudah dilaksanakan di 38 provinsi dan akan terus dilaksanakan hingga 2024.
“Khusus kegiatan Sekolah Kebangsaan kita berharap memberikan kontribusi besar terhadap keterlibatan pemilih pemula di Pemilu 2024, dan menjadi pemilih muda yang kebal terhadap hoaks. Karena kita tahu saat ini hoaks politik sudah mulai membanjiri media sosial kita. Pelatihan ini diharapkan memberikan kemampuan pencegahan hoaks pada peserta,” ujarnya.
Sementara Wakil Dekan 3 Dr. Syamsuddin sangat mengapresiasi kegiatan ini karena membekali mahasiswanya yang masih berstatus pemilih pemula dengan kemampuan berpikir kritis dan pencegahan hoaks. Baginya, kemampuan tersebut diperlukan di era digitalisasi ini. Apalagi saat ini adalah era di mana hoaks sangat mudah tersebar dan ditemukan di media sosial.
“Kita tahu sekarang dunia digitalisasi maka kita harus selektif dalam memilih informasi. Dengan keberadaan kegiatan ini bisa memberikan pengetahuan pada mahasiswa kami khususnya yang semester 1 sebagai pemilih pemula agar mereka mampu mengklarifikasi mana berita yang mana berita hoaks dan mana berita fakta,” ujarnya. (rls)