Oleh: Rizki Putra Dewantoro (Kader Muhammadiyah – Founder Literasi Pendidikan Iqro Movement)
Puncak peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2023 menjadi momen tak terlupakan Kuswanto, seorang Guru Penggerak dari Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Dirinya menjadi sorotan ketika Presiden RI, Joko Widodo, meminta perwakilan dari pahlawan tanpa tanda jasa untuk naik ke atas panggung.
Saat dipanggil Presiden Jokowi, Kuswanto, yang dikenal sebagai “Pak Kus,” bergegas menuju panggung dengan langkah cepat. Saking lekasnya, Pak Kus hingga terengah-engah. Jika dia tidak begitu, bisa jadi peluang yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidupnya bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia itu sirna.
Setelah memperkenalkan diri, Pak Kus menjelaskan peran penting Guru Penggerak yang berbeda dengan guru pada umumnya. “Guru Penggerak itu dilatih untuk menjadi pemimpin pembelajaran dan fokus pada pembelajaran yang berpihak kepada murid,” jelas Pak Kus, disambut tepuk tangan meriah dari hadirin dalam acara yang digelar di Indonesia Arena, Jakarta itu.
Pak Kus, yang telah mengabdi selama hampir 30 tahun sebagai guru, sehari-hari mengajar di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terpencil), tepatnya di sebuah wilayah yang terletak di ketinggian 1.539 meter di atas permukaan laut.
Tantangan sinyal telepon seluler di daerah terpencil ini sering memaksanya untuk naik ke atas pohon demi mendapatkan jaringan saat mengikuti ruang kolaborasi dengan fasilitator. “Saya dikenal sebagai manusia pohon,” ujarnya dengan canda yang mengundang tawa.
Dedikasi Pak Kus bahkan diakui oleh Presiden Jokowi. Terinspirasi akan kisah perjuangannya, Presiden memberikan penghargaan sepeda sebagaimana ciri khasnya. Mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu berjanji untuk mengirimkannya langsung ke rumah Pak Kus jika kesulitan membawanya pulang.
Kepala Negara mengungkapkan kebanggaannya kepada Guru Penggerak termasuk yang telah mengabdi sebagai kepala sekolah. Harapannya, jumlah ini akan terus bertambah di masa depan, seiring dengan semakin meningkatnya kualitas pendidikan di seluruh penjuru negeri.
Program Guru Penggerak bagian dari landasan penting dalam meningkatkan kompetensi guru. Lebih dari 90 ribu guru telah berhasil menjadi Guru Penggerak, dan 75 ribu lainnya sedang dalam proses untuk menjadi Calon Guru Penggerak.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 12 ribu Guru Penggerak telah diangkat menjadi Kepala Sekolah. Guru Penggerak, lebih dari sekadar program pelatihan, namun sebuah lompatan dalam memperkuat kualitas guru secara massal, memungkinkan mereka untuk menjadi agen perubahan di institusi sekolah.
Memang, kualitas pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kesejahteraan dan kompetensi guru. Dalam program Merdeka Belajar, berbagai inisiatif yang berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan dan kompetensi guru, menjadikannya sebagai salah satu warisan penting bagi dunia pendidikan.
Sebagai salah satu capaian Kemdikbudritek saat ini adalah pengangkatan lebih dari 700 ribu guru honorer menjadi ASN PPPK. Kebutuhan mendesak akan stabilitas ekonomi dan profesionalisme di kalangan guru sudah tak bisa dikesampingkan lagi. ASN PPPK memberikan kepastian karier serta meningkatkan kesejahteraan para guru yang selama bertahun-tahun berjuang dalam ketidakpastian.
Belum lagi, kemajuan teknologi yang pesat juga telah direspon dengan baik oleh pemerintah. Ada pula kerjasama micro credential dengan kampus internasional salah satunya Universitas Harvard. Para guru memiliki kesempatan untuk belajar langsung tentang teknologi dari pengajar kelas dunia. Para guru di Indonesia tidak boleh tertinggal dalam pemanfaatan teknologi di dalam kelas, yang menjadi semakin penting dalam dunia pendidikan yang semakin digital.
Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai inovasi lain memungkinkan guru untuk meningkatkan kompetensi tanpa harus menunggu bertahun-tahun. PMM memudahkan akses ke berbagai materi pembelajaran, pelatihan, dan sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan mereka, sehingga para guru bisa terus berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Selain program-program tersebut, ada juga upaya peningkatan kesejahteraan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi pendidik dan tenaga kependidikan, serta tunjangan khusus bagi guru non-ASN. Beasiswa khusus juga telah disediakan bagi para guru untuk melanjutkan pendidikan mereka dan meningkatkan kompetensi pendidik
Sederet upaya tersebut akan menjadi kebijakan dan program belaka tanpa komitmen pemerintah sendiri. Guru-guru di Indonesia mesti mendapatkan perlindungan sosial yang layak, baik dalam bentuk kesejahteraan maupun peningkatan kompetensi SDM.
Nugraha dkk (2022) menyebut salah satu masalah yang terjadi saat ini yaitu guru / tenaga pendidik di Indonesia berada di peringkat terakhir dari 14 negara berkembang lainnya. Belum lagi hasil Ujian Kompetensi Guru yang hanya mampu mencapai rata-rata 53,02, dan hanya 7 provinsi dari 34 yang mampu mencapai standar yang telah ditetapkan yaitu 55.00.
Era kolaborasi yang dirasakan Pak Kus, membuka peluang sekaligus cakrawala baru yang berdampak dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Terpaut jarak yang begitu jauh antara Sigi dan Jakarta. Seperti saat dia naik pohon untuk mendapat sinyal, dari atas dia bisa melihat pemandangan sekaligus harapan untuk kesejahteraan. Dengan begitu, kompetensi guru meningkat dan lebih semangat lagi menciptakan generasi penerus yang siap menghadapi berkompetisi di aras global. (*)