PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Pemerhati lingkungan di Parepare menyoroti minimnya perhatian atas pemeliharaan mata air. Padahal, setiap kemarau datang, Parepare termasuk daerah yang kerap kekeringan dan krisis air.
“Seluruh stakeholder sudah harus memikirkan, bagaimana memelihara mata air kita. Saat kemarau, kita selalu kekurangan air. Salah satu sebabnya karena mata air kita mulai berkurang,” urai aktivis lingkungan, Amri Kalbu, Selasa 18/4.
Dia menyebut, Parepare diambang krisis ruang serapan air. Dari sekira 40 sumber mata air yang ada, sebagian besar rusak akibat tidak dipelihara. Kerusakan hutan dan penebangan pohon sembarangan memperparah hal itu.
“Bahkan ada mata air di Bacukiki yang sangat dekat dengan pemukiman. Dakat dengan mesjid Al-Mujahidin, salah satu mesjid tertua di Parepare. Itu sudah tidak terawat,” bebernya.
Amri Kalbu berharap, ada upaya serius dan sinergitas dari Pemkot, DPRD, NGO, media serta polisi hutan agar kerusakan mata air tidak bertambah parah. Dia menyarankan penanaman pohon secara intens, meningkatkan pengawasan hutan dan penebangan pohon, memperketat perizinan bagi yang membangun di kawasan Sungai Karajae, me-massive-kan sosialisasi kepada warga. Baik warga disekitaran hutan, maupun di bantaran sungai agar turut menjaga kelestarian lingkungan.
Pihaknya sendiri menyiapkan Peringatan Hari Bumi dalam waktu dekat. Para aktivis lingkungan bakal kembali menggelar Ekspedisi penyelamatan mata air dan yang terbaru, transplantasi terumbu karang di kawasan Tonrangeng. (ris)