MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Anggota Komisi D DPRD Makassar, Ray Suryadi Arsyad, menyoroti kinerja Pemkot Makassar dalam penanganan anak jalanan (Anjal) serta gelandangan dan pengemis (Gepeng). Menurutnya kota sekelas Makassar semestinya sudah terbebas dari kasus Anjal dan Gepeng.
“Masih marak, jadi keliatan sekali, Makassar ini masih kelihatan kumuh. Memang masih ada kegiatan yang seharusnya sudah tidak layak berada di kota yang punya predikat kota maju,” terang legislator Demokrat ini seperti dikutip dari HeraldSulsel.id, Senin (27/3/2023).
Menurutnya maraknya fenomena, dari manusia silver, hingga badut ini tak lepas dari peran masyarakat sendiri. Mereka tak hentinya memberikan uang, sehingga ini sudah dianggap menjadi profesi. Orang tua kemudian melibatkan anak mereka untuk memberikan efek iba kepada pengguna jalan sehingga kecenderungan orang memberi lebih tinggi.
“Memang kegiatan anjal gepeng ini menguntungkan dan menjadikan mereka ini nyaman. Kalau kita investigasi, kita akan dapat fakta bahwa banyak di antara mereka yang bisa mendapatkan penghasilan yang jauh dari teman-teman di kantoran,” ujarnya.
Ini kemudian membuat para orang tua yang mengeksploitasi anak ini merasa nyaman. Sebelumnya,Dinas Sosial (Dinsos) Makassar baru-baru ini menemukan dua anak perempuan yang dieksploitasi sebagai manusia silver.
Plt Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Makassar, Suhartini mengatakan, kedua anak tersebut bahkan dieksploitasi oleh orang tuanya hingga dini hari. Mereka bahkan tak diberikan baju, hanya bermodalkan celana pendek. “Manusia Silver, usia anak, dia kembar, dini hari (dijaring) di jalan, dia tidak pakai baju, celana ji dia pakai,” katanya.
Mereka kata dia, ditemukan di Jl Lanto Daeng Pasewang, tepatnya dekat Hotel Prima Makassar pada Selasa, saat ini mereka masih berada di Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) dan masih mendapatkan pembinaan dari petugas Dinsos.
Dari hasil laporan keduanya merupakan siswa kelas empat SD yang telah putus sekolah merupakan warga Makassar.
Saat penjaringan, orang tua kedua anak tersebut juga berada di lokasi, dan sempat mengamuk kepada petugas Dinsos Makassar. Bahkan hingga ke kantor Dinsos.
Keduanya kata dia tercatat pernah terjaring oleh Dinsos, di mana kasus sebelumnya sebagai pedagang jalangkote pada 2022 lalu.
Menurutnya risiko manusia silver ini dianggap cukup tinggi, apalagi mereka masih dalam usia belia, mereka juga harus dipaksa bertelanjang dada oleh orang tuanya. “Mereka ini anak perempuan, dan mereka kembar juga, dan mereka ini ternyata tidak sekolah kodong,” katanya.
Suhartini mengatakan, masalah eksploitasi anak ini, seyogianya kerap ditangani pihaknya, pun banyak laporan yang masuk ke pihaknya. Masih minimnya kesadaran orang tau menjadi faktor utama mereka mempekerjakan anaknya di jalanan.
Dia mengaku cukup kewalahan, sebab terbatasnya personel, yang sepenuhnya hanya mengandalkan Dinas Sosial, dan beberapa Satpol PP. Dia mengatakan pihaknya akan mengambil sejumlah langkah, khusunya agar esploitasi anak ini dihentikan. Koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) dan Dinas Pendidikan agar mereka kembali ke sekolah akan dilakukan. (*)
Sumber: HeraldSulsel.id