PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Memikirkan keluarga, pekerjaan dan misi kemanusiaan. Hal itulah yang dirasakan sejumlah kurir Yayasan Manusia Indonesia (YMI) saat mengantar logistik ke lokasi bencana gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah.
“Saat hari ke 4 pasca gempa dan tsunami melanda tiga wilayah di Sulawesi Tengah, kami yang tergabung dalam Yayasan Manusia Indonesia (YMI) mengantarkan logistik ke wilayah tersebut. YMI ini terhimpun warga yang berprofesi sebagai polisi, dosen, jurnalis, guru dan komisioner KPU serta pengusaha kopi di Kota Parepare,” kata Abdillah MS, Kordinator YMI Kota Parepare yang juga wartawan salah satu televisi swasta nasional, Sabtu 13 Oktober 2018.
Bantuan logistik yang dibawa ke Sulteng, lanjut Abdillah, berupa pakaian, kebutuhan pokok dan kebutuhan bayi. “Yang berkecamuk dipikiran kami antara keluarga, pekerjaan dan misi kemanusiaan,” kata Abdi–panggilan akrab Abdillah.
Para kurir YMI, sambung Abdi, harus memikirkan keluarga, pekerjaan serta para korban bencana di Sulteng yang sangat membutuhkan bantuan. “Mereka tak lagi memikirkan gempa susulan yang bisa mengancam keselamatan jiwa ditambah penjarahaan yang saat itu terjadi dimana-mana di wilayah bencana di Sulawesi Tengah,” ujar Abdi.
Abdi mengatakan, sebelum memulai tugas-tugas jurnalistik di Kota Parepare, ia harus mengatar dua anaknya ke sekolah dan istrinya ke kantoe. “Meninggalkan mereka begitu berat, namun rasa persaudaraan kepada saudara saudara kita yang terkena bencana membuat hati kami terketuk untuk menyalurkan sendiri bantuan yang dipercayakan warga Parepare dan sekitarnya di Posko YMI,” ujar Abdi.
Ada cerita sedih saat rombongan YMI memasuki perbatasan Donggala dan Kota Palu. Saat itu, kata Abdi, tiba-tiba salah satu truk pembawa logistik mengalami ban pecah di tengah malam. Saat mencari bengkel ban, ia dan rombongan tidak menemukan bengkel di sekitar lokasi.
“Mungkin saat itu, Allah SWT melihat kami yang dalam keadaan ikhlas ingin membantu para korban. Dalam masa pencarian, tiba-tiba seorang pemuda mengendarai motor, yang awalnya kami kira penjarah bantuan, menawarkan kepada kami untuk ke bengkel press ban milik ayahnya,” terang Abdi.
Sampai di rumah sang pemuda, satu satunya ban luar bengkel press ban milik ayah sang pemuda sangat cocok dengan ban truk bantuan Polres Parepare. Truk Polres tersebut digunakan mengangkut logistik. Usai memasang ban ke truk, sang pemilik bengkel ternyata tidak meminta uang imbalan serta harga ban luar yang diprediksi harganya jutaan. Sang pemilik bengkel malah hanya meminta dua dos air mineral kemasan botolan.
“Kami ingin membayar ban lebih dari harga, karena kami melihat rumah dan bengkel warga tersebut juga rusak akibat gempa. Namun pihak bengkel hanya meminta dua dos air mineral kemasan botol,” kata Abdillah sambil mengingat kejadian itu.
Sementara itu, tekad yang bulat untuk membantu korban Gempa dan Tsunami di Sulteng juga terketuk dari hati Ibrahim La Iman, seorang Dosen IAIN Parepare. Ia meninggalkan dua anak yang masih kecil serta istri tercinta. Ibra–sapaan akrab Ibrahim harus rela membawa bantuan ke lokasi demi membantu para korban bencana alam di Sulteng.
“Memang berat meninggalkan keluarga dan pekerjaan, namun untuk misi kemanusiaan dan mengingat mereka masih sangat membutuhkan bantuan, dengan bismillah saya berangkat bersama teman-teman,” tulis Ibra melalui pesan Whatsappnya.
Saat ini, Ibrah dan Kurir YMI lainnya sedang perjalanan pulang dari Sulteng menuju Kota Parepare yang berjarak sekira 600 kilometer lebih. Ibrah mengatakan, bantuan logistik dari YMI merupakan pengantaran logistik tahap II untuk mereka yang ada di Palu, Sigi dan Donggala.
“Kami tak akan pernah berhenti membantu mereka, karena para dermawan di Kota Parepare masih terus memberikan bantuan yang dititip di Posko YMI sampai ketiga wilayah yang terdampak Gempa dan Tsunami benar-benar pulih,” kata Ibra. (*)
Penulis : Syamsuddin
Editor : Alfiansyah Anwar