TAKALAR, PIJARNEWS.COM — Kecamatan Galesong Utara yang terletak di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah pesisir. Tak heran jika mata pencaharian penduduk di wilayah itu mayoritas nelayan. Setiap harinya, para nelayan berjibaku dengan ayunan ombak demi asap dapur mereka terus mengepul.
Bahkan, sepanjang hari, para nelayan itu melawan terik mata hari dan hembusan angin laut hingga sore, bahkan malam hari. Ketika suami mengarungi bahtera, sang istri juga tak kalah sibuk. Mereka (Istri) harus bangun lebih pagi dari sang suami. Bahkan sejak pukul 3 dini hari. Itu dilakukan untuk mempersiapkan segala kebutuhan suaminya.
Seperti Daeng Senga (43). Ia menuturkan jika harus bangun lebih awal dari suaminya untuk mempersiapkan bekal dan kebutuhan melaut. Setelah itu mengurus rumah dan menanti kedatangan suami yang pulang sore bahkan malam hari.
Daeng Senga, mengakui menjadi istri seorang nelayan tidaklah mudah. Waktu tidur akan terkuras. Sebab harus menyiapkan umpan di malam hari untuk dipakai jam 3 pagi. Kadang kala mengerjakan umpan saja membutuhkan waktu sampai larut malam.
Meskipun lanjutnya, terkadang hasil tangkapan yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi Daeng Senga tidak merasa kecewa. Bahkan senyuman yang hangat selalu menyambut kedatangan suami tercinta. Sebagai obat rasa lelah.
“Itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai istri nelayan. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, suatu saat nanti akan berbuah manis,” harapnya.
Yah, segala resiko dihadapi oleh para nelayan di lautan seperti cuaca buruk, air pasang dan badai. Bahkan diantara mereka ada yang harus kehilangan nyawa. Daeng Senga mengerti dengan kondisi itu, sehingga ia menjadi sosok wanita tangguh untuk mendukung sang saumi. Sebagaimana tangguhnya Ibu Kita Kartini.
Penulis : Apriani