MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Bagi sebagian orang, masa pandemi membawa berkah tersendiri. Setidaknya, dialami Herlina (40) yang justru makin mendulang rezeki dengan berjualan jamu tradisional. Paling laris, jamu dengan varian rasa “Immune Booster”. Jamu ini diramu dari aneka rempah seperti kunyit, jahe, plus ekstra jahe merah. Dalam sehari, pesanan meluncur hingga sepuluh botol. Setara dengan 10 liter.
Herlina sebenarnya juga berjualan varian rasa lainnya. Ada jamu original, racikan dari rempah kunyit dan jahe. Ada pula jamu keputihan, berbahan kunyit jahe plus ekstra jahe merah, hingga jamu pelancar haid yang diramu dari jahe, asam dan manjakani. Soal harga? Cukup terjangkau. Pembeli yang tidak biasa minum jamu, boleh coba dulu ukuran 500 ml atau seharga Rp25 ribu. Tetapi kebanyakan, pembelinya langsung memilih yang kemasan literan, Rp50 ribu per satu liter.
Herlina, ibu empat anak ini menepis identik jamu hanya bisa dijual oleh orang Jawa. Sebab, dia sendiri berasal dari Palopo. Mengkonsumsi jamu saat usianya masih belia, 15 tahun. “Kebiasaan dari nenek-nenek saya meminum jamu. Sehingga waktu saya remaja, saya sudah suka jamu,” ceritanya saat ditemui Pijarnews, di kedai jamu miliknya, “Kedai Jamu Beverlyhills”, Jalan Antang Raya Ruko Beverlyhills, No.16 Makassar, Jumat, (20/8/2021) lalu.
Suatu hari di tahun 2016 saat masih menetap di Palopo. Jamu gendong langganan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Herlina gelisah. Rasa ingin meminum jamu tak terbendung. Jadinya, Herlina coba-coba meracik sendiri. Tanpa menonton tutorial di Youtube. Ternyata, buatannya tak kalah enak dengan yang banyak dijual oleh si mbok-mbok jamu. Bakat terpendam Herlina keluar. Keluarga mendorong untuk memasarkan lebih masif. Selain promosi ke teman-teman, media sosial juga dilirik. Di facebook, pelan-pelan jamu racikannya direspons. Pesanan meluncur satu-satu.
“Adanya wabah Corona ini, membuat banyak pelanggan saya dari tenaga kesehatan yang pesan. Apalagi sekarang saya sudah menetap di Makassar, pelanggan pun banyak dari sini,” beber Herlina yang jamu racikannya biasa dibawa hingga ke Papua, Jakarta dan Kalimantan.
Herlina tidak menggunakan bahan pengawet untuk jamu racikannya. Sehingga daya tahan jamu ini kalau di luar lemari pendingin hanya sampai sehari. “Tetapi kalau ditaruh di kulkas, bisa sampai dua minggu awetnya. Enak juga diminum dingin,” papar wanita berhijab ini.
Menggunakan gula aren asli, jamu tradisional ala Herlina bisa dikonsumsi pagi dan jelang tidur. Untuk perawatan kesehatan, cukup diminum tiga kali sepekan. “Kalau untuk pengobatan, bisa setiap hari. Biasanya, orang yang memiliki gejala Covid dan minum jamu ini, gejalanya lebih ringan,” katanya.
Ana, tetangga sebelah Herlina, mengaku, racikan jamu tradisional Herlina, rasanya sungguh enak. “Boleh dicoba, tapi yang penting bisa buat jaga-jaga kesehatan,” katanya tersenyum. (*)
Penulis dan Editor: Dian Muhtadiah Hamna