BARRU, PIJARNEWS.COM — Mustafa Hadi sudah berusia 80 tahun. Badannya sudah ringkih, kulitnya telah keriput. Tetapi peristiwa 10 November 1945 silam tidak akan pernah ia lupakan. Saat muda, dirinya turut berjuang melawan penjajah di tanah Berru, Sulawesi Selatan.
Pada saat itu, Belanda menduduki wilayah Tanete Rilau. Mustafa bertugas sebagai kurir dan mata-mata Indonesia. Setiap harinya dia melaporkan segala aktivitas Belanda kepada Komandan Pergerakan Tanete Rilau Kapten Infantri Sadiran.
Hingga suatu hari, Ia harus menerima kenyataan pahit. Kedua orang tua dan sanak keluarganya dibunuh secara keji oleh Belanda, “Ada 10 orang lainnya yang ditembak mati saat itu,” kata Mustafa.
Mustafa yang terpukul, mengusap dada dan tetap meneruskan perjuangan. Hingga akhirnya Belanda bisa dipukul mundur.
65 tahun berlalu, kini Mustafa didaulat sebagai Ketua Legiun Veteran RI Barru. Perjuangannya saat merebut kemerdekaan kini tak lekang dalam ingatannya.
Mustafa berharap generasi muda bisa meneruskan perjuangan. Baik berjuang untuk dirinya sendiri maupun berjuang mempertahankan bangsa Indonesia. (fdy/ris)