MAKASSAR, PIJARNEWS.COM– Kehidupan seorang penjual ikan biasanya identik dengan kesederhanaan. Namun, Nurdin (55), pekerjaan itu menjadi jalan untuk mengubah nasib keluarganya. Dia memulai berjualam sejak tahun 2013. Dengan semangat pantang menyerah, pria yang sehari-hari berjualan ikan di depan salah satu supermarket Tamalate ini berhasil menyekolahkan tiga anaknya hingga menyandang gelar sarjana.
Nurdin memulai harinya setiap pukul 4.00 Wita. Ia membeli ikan dari pelelangan di Paotere dan menjualnya keliling menggunakan motor hingga menjelang siang.
Meski penghasilannya tak menentu, omzet yang diraihnya berkisar Rp500 ribu. Dari angka ini, dia bisa memeroleh untung bersih sekitar Rp200 ribu. Ikan-ikan itu dibanderol dengan kisaran harga Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per ekor. Bergantung ukurannya.
Terkadang, ikan itu tidak habis terjual. Jika itu terjadi, ikan itu dibagi ke tetangga daripada dijual kembali. Karena ikan tidak lagi segar. Walaupun begitu, dia konsisten menyisihkan penghasilannya demi pendidikan ketiga buah hatinya.
“Saya selalu percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk kehidupan yang lebih baik,” ujar Nurdin, saat saya temui Kamis (21/11/2024) lalu.
Ketiga anaknya kini telah menyelesaikan pendidikan tinggi di bidang yang berbeda. Anak pertama, Ratna, lulus sebagai sarjana Kesehatan di Universitas Islam Negeri Makassar, sementara anak kedua, Putri, mengambil Jurusan Ekonomi Islam di Universitas Muhammadyah Makassar. Anak bungsu, Winda, baru saja diwisuda sebagai sarjana Manajemen di Universitas Muhammadyah Makassar.
“Melihat mereka memakai toga adalah momen yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata,” katanya sambil tersenyum haru.
Nurdin mengaku perjuangannya tak mudah. Ia sering kali harus bekerja tambahan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan. Namun, dukungan dari istrinya, yang seorang ibu rumah tangga, Sri, menjadi kekuatan terbesar dalam melewati tantangan.
“Kami saling menyemangati. Kami tahu ini bukan untuk kami, tapi untuk masa depan anak-anak,” tambahnya.
Ketiga anaknya kini bekerja di bidang masing-masing dan bertekad membantu orang tua mereka. Ratna, kini bekerja di salah satu puskesmas dan berencana membuka klinik gratis di Kecamatan Rappocini sebagai bentuk pengabdian.
“Kami tidak akan melupakan apa yang telah bapak dan ibu korbankan untuk kami,” ujar Ratna.
Sedangkan anaknya yang ke-2 mempunyai toko sembako. Dia menjanga toko sehari-hari dan anaknya yang ke-3 bekerja sebagai customer service di salah satu bank di Makassar.
Meski ketiga putrinya kini telah mapan dan bisa menghidupkan keluargannya, Nurdin tidak ingin berhenti berjualan ikan. “Saya masih mampu dan saya memang suka,” ucapnya.
Kisah Nurdin menjadi bukti bahwa semangat, kerja keras, dan tekad yang kuat dapat mengatasi segala keterbatasan. Ia berharap cerita hidupnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan mimpi.
“Mungkin kita tidak kaya harta, tapi kita bisa kaya ilmu dan bahagia,” tutup Nurdin dengan senyum menyiratkan rasa bangganya. (*)
Citizen Reporter: Maulidya Muqarramah
(Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar)