MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Salah satu masalah gizi yang belum teratasi adalah anemia pada ibu hamil dan remaja putri (rematri). Bahkan, riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, menyebutkan prevalensi anemia gizi pada ibu hamil mencapai 48 persen dan remaja putri 32 persen. Mengapa remaja putri (rematri) sering mengalami anemia?
Pertanyaan ini mencuat dalam sesi webinar yang digelar oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, Jenewa Madani Indonesia dan UNICEF belum lama ini yang diikuti ratusan TP-UKS dan tenaga kesehatan (nakes) se-Sulsel. Webinar bertajuk Pentingnya Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri selama Masa Pandemi Covid-19 itu menghadirkan Kepala Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, H Mohammad Husni Thamrin, SKM, M.Kes.
Dalam materinya bertema “Implementasi Program Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri”, Husni menuturkan remaja putri sering mengalami anemia karena remaja tumbuh sangat cepat, sehingga perlu asupan zat gizi lebih banyak. Sementara, asupan zat besi dan protein dalam makanan sehari-hari masih kurang.
“Remaja putri mengalami menstruasi sehingga kehilangan banyak darah dan sering melakukan diet tanpa memerhatikan asupan zat besi,” tuturnya.
Dia menjelaskan, anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehingga tubuh tidak mendapat cukup oksigen. Biasanya wajah terlihat pucat, mudah lelah, pusing dan sakit kepala.
Nah, bagaimana biar tidak anemia dan tetap sehat selama pandemi Covid-19? Husni menyarankan bahwa remaja putri perlu makan makanan bergizi seimbang terutama yang tinggi protein, kaya zat besi, mengonsumsi buah dan sayur yang kaya vitamin C, E dan A, minum tablet tambah darah (TTD) secara teratur yaitu satu tablet setiap minggu.
“Jangan lupa tetap melakukan aktivitas fisik, cuci tangan dengan sabun, minum air putih delapan gelas setiap hari,” sarannya.
Diakuinya, meminum TTD memiliki efek samping. Seperti terasa perih di ulu hati, mual serta tinja berwarna kehitaman. Namun jangan khawatir, kondisi tersebut akan berkurang ketika tubuh sudah menyesuaikan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi efek samping tersebut maka jangan minum TTD dengan perut kosong. Jangan pula meminum TTD dengan kopi, teh atau susu karena akan menghambat penyerapan zat besi.
“Minum TTD cukup dengan air putih. Ingat, tetap minum TTD di masa Pandemi Covid-19,” imbaunya.
Bagaimana cara mendapatkan TTD? Umumnya siswi telah dibekali TTD dari sekolah. Bila tidak punya TTD, siswi bisa menghubungi pihak sekolah, puskesmas, tenaga gizi atau bidan.
“Atau bisa dibeli di apotek, tapi ingat tetap jaga jarak aman dan gunakan masker saat keluar rumah ya,” pesan Husni.
Pemberian TTD ini merupakan turunan dari implementasi pemberian zat besi kepada para kaum hawa. Pertama kali dicanangkan oleh WHO pada tahun 1959, program tersebut mulai diberlakukan di Indonesia pada tahun 1974 hingga 1997 untuk ibu hamil, tahun 1997 hingga 2016 untuk Wanita Usia Subur (WUS) dan sejak 2016 sampai saat ini untuk remaja putri.
Pola makan remaja Indonesia dapat meningkatkan risiko anemia. Hal tersebut lantaran rendahnya konsumsi protein hewani, buah dan sayur, kebiasaan melewatkan sarapan dan rendahnya konsumsi suplemen zat gizi mikro.