PIJARNEWS.COM — Kamu punya teman yang sukanya hobi pamerin barang-barang berharganya di media sosial? Saat beli tas baru dia langsung pamer, Hp baru langsung pamer, sepatu baru pamer, atau saat berada di suatu tempat mewah dia langsung pamer juga. Makan di restoran mahal pamer, nonton di bioskop film terbaru pamer, bahkan sampai ke toilet Mall saja dia pamer dengan mengunggah foto di depan cermin.
Lebih parahnya lagi, keadaan yang sebenarnya tidak berbanding lurus dengan apa yang ia pamerin di media sosial. Jika di media sosial ia memamerkan barang mewah dan kehidupan glamour, namun kenyataannya dia bukanlah seorang yang kaya. Bahkan cenderung dari golongan menengah ke bawah.
Apa itu penyakit jiwa social climber?
Dilansir Inovasee, prilaku demikian biasa disebut dengan istilah Social Climber. Social climber pada dasarnya merupakan perilaku seseorang yang dilakukan untuk meningkatkan status sosialnya. Ia melakukan segala hal agar mendapat pengakuan status sosial lebih tinggi dari status yang sebenarnya.
Biasanya orang yang mengidap perilaku social climber gaya hidupnya cenderung lebih glamour dan selalu ingin terlihat mewah. Biasanya para pelaku social climber akan merasa tidak nyaman, tidak percaya diri, dan khawatir tidak diterima di lingkungannya apabila tidak tampil glamour.
Lihat saja penampilan pemuda terkaya saat ini, Mark Zuckerberg, dia tampil sangat sederhana. Bahkan secara penampilan mungkin ia kalah mewah dari karyawan di Indonesia yang gajinya tidak lebih dari 5 juta.
Apakah penyakit social climber berbahaya?
Tentu! Social climber merupakan benih penyakit kejiwaan yang sangat berbahaya. Kita ingat kembali pembahasan diatas, para social climber bisa melakukan apa saja agar hidupnya terlihat memiliki status sosial yang tinggi dengan hal yang praktis dan tidak melalui proses.
Dari point tersebutlah para penderita social climber bisa melakukan hal-hal negatif sekalipun agar ia bisa tampil mewah. Semisal saja, pegawai negeri golongan I menginginkan hidup dengan rumah megah, mobil mewah, barang-barang keseharian yang berharga puluhan sampai ratusan juta, tentu gaji dari menjadi PNS tidak bisa mencukupi, dan jalan pintasnya kemungkinan korupsi.
Tampillah apa adanya, tidak perlu membohongi diri sendiri. Syukuri apa yang kamu miliki saat ini, sebab dengan bersyukur kita akan merasa cukup dan puas dengan apa yang ada di hidupmu selama ini.
Saran Psikolog
Menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, M.Psi. hal semacam ini adalah suatu tuntutan kehidupan sosial yang menjadi tren saat ini.
“Misalnya, saya posting foto untuk cerita kalau hari ini panas. Tapi yang difoto jam tangannya yang mahal kena sinar matahari,” ujarnya kepada detikHealth.
Ketika melihat unggahan foto seperti itu, ada beberapa orang yang merasa terinspirasi, namun ada pula yang tidak suka karena mengetahui bahwa itu adalah perilaku social climber.
Ratih menyarankan untuk tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut. “Sebenarnya kalau posting di medsosit’s not our responsibility. Biarin saja,” anjurannya.
“Kalau enggak suka ya enggak usah di-like atau dilihat, tidak perlu juga men-judge,” imbuh Ratih.
Ini karena, lanjut Ratih, para social climber umumnya membutuhkan perhatian, akibat sebagian jiwanya kosong dan butuh ‘pemenuhan’. Akan tetapi salah satu cara pemenuhannya adalah dengan mencari perhatian dalam bentuk memamerkan barang-barang mahal.
“Biasanya kalau teman dekat aku tegur langsung, tapi kalau yang dipamerin barang-barangnya ya enggak usah dipusingin,” pungkasnya. (*)