* Warga Parepare, Pak Jono adalah satu dari sedikit yang punya skill memperbaiki pelek tanpa peralatan modern
PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Pelek tentu salah satu bagian terpenting pada motor. Kualitas pelek, bisa mempengaruhi kenyamanan dan keamanan pengendara. Bagaimana jika rusak? ya bawa ke bengkel dong. Salah satu yang bisa anda andalkan dalam mereparasi pelek anda, adalah pada Pak Jono, di Jalan Pancamarga no.26 Parepare.
Uniknya, pak Jono dikenal punya skill yang makin jarang ditemukan. Memperbaiki pelek dan terali dengan cara tradisional dan peralatan sederhana. Umumnya, pelek bengkok diperbaiki dengan mesin press modern. Apalagi, pelek bintang dari baja kini makin banyak. Pelek terali tidak sebanyak dulu lagi.
Pak Jono berkenan berbagi pengalaman dan keluh kesahnya kepada PIJAR. Pria sederhana ini menyambut penulis dengan ramah. Dengan senyum, dia meladeni satu persatu pertanyaan kami.
“Beginilah sehari-hari. Kerjakan pelek. Sehari-hari biasa 2 sampai 4 pelek yang masuk,” kata Jono, sambil bekerja.
Jemarinya dengan lihai memukul pelek bengkok itu hingga simetris kembali. Alatnya sederhana, kayu balok. Sesekali keseimbangannya dicek menggunakan alat pengukur yang dia rakit sendiri. “Kalau soal memukul pelek, mungkin semua bisa. Tapi tidak semua punya akurasi tinggi. Apalagi memang ada tekniknya,” ujarnya.
Memang, bengkel perbaikan pelek dan terali di Parepare bisa dihitung jari.
Bapak lima anak itu bercerita, keahliannya mengerjakan pelek didapatnya saat masih bekerja di bengkel sepeda. Kala itu, tahun 1980. Tahin 2012, dia memberanikan diri buka usaha sendiri.
Pengalaman selama 30 tahun itu kini masih ia pertahankan. Dalam sehari, ia bisa menyelesaikan 6 pasang pelek. Satu pelek, biayanya hanya Rp30ribu. Jika dia temukan kerusakan parah, seperti retak atau pecah, las bubut solusinya.
Keahlian pak Jono, juga mulai didengar didaerah tetangga. Pelanggannya ada tukang dari Sidrap dan Pinrang, yang membawa pelek pelanggan ketempatnya untuk diperbaiki. Berkat keahliannya itu, tawaran dari sebuah perusahaan besar sempat datang.
“Pernah ada perusahaan buka bengkel besar di Barru. Dia tawarkan saya jadi karyawan tetap. Tapi mau bagaimana, harus saya tolak karena tidak bisa jauh dari keluarga di rumah,” katanya.
Etos kerja pria ini juga patut diapresiasi. Dia menolak menyerah menghadapi kerasnya hidup di Parepare, meski berpenghasilan pas-pasan dan tak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintahh. “Anak saya bisa saya kuliahkan. Cukup saya yang tidak tamat SD,” tegasnya.
Pak Jono kini hanya berharap usahanya di Parepare bisa berkembang. Dia sangat butuh kompresor untuk pompa ban. “Uang saya belum cukup beli itu pak. Soalnya mahal. Kalau memang pemerintah berkenan bantu, bisa bantu pinjami kompresor,” harap dia. (*)