PINRANG, PIJARNEWS.COM — Miris nan menyedihkan, itulah kata yang mungkin bisa mengungkapkan kondisi yang dialami Hasnaeni (44) dan putranya, Aras (8). Warga Dusun Banga-banga, Kecamatan Mattirobulu itu hidup miskin ditengah klaim kesejahteraan Kabupaten Pinrang.
Hasnaeni bersama putranya hidup digubuk tidak layak didusun itu. Kayunya sudah mulai lapuk, sementara dinding gubuknya sudah bocor disana-sini, sisa ditutupi kain lusuh seadanya. Untuk memasak, Hasnaeni menggunakan kayu bakar.
“Beginilah kondisi pak. Tidak ada apa-apa dirumah ini. Syukur-syukur kalau masih ada bisa untuk makan sehari-hari,” kata Masnaeni saat ditemui PIJAR digubuknya, Senin 27 Februari.
Hal itu sudah berlangsung selama 10 tahun terakhir. Sejak ditinggal mati suaminya tahun 2013 lalu, penderitaan Hasnaeni bertambah. Dia mesti menjadi tulang punggung keluarga dan mati-matian bekerja agar putranya yang masih kelas 1 SD, bisa tetap bersekolah.
Ironisnya, selama itu Hasnaeni juga kerap tidak punya uang sepeserpun untuk membeli bahan-bahan dapur. Nasi dan garam lebih sering menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika sedang beruntung, beberapa biji pisang rebus dijadikan pengganjal lapar hingga pagi. (jun/ris)