MAKASSAR, PIJARNEWS.COM – Peredaran hoaks dan format informasi palsu (hoaks) terus berkembang. Tidak hanya dalam bentuk teks yang beredar di perpesanan instan seperti WhatsApp group, bentuk-bentuk lainnya mulai bermunculan seperti dalam bentuk video. Peredaran informasi palsu dengan beragam kepentingan ini berdampak pada ekosistem dan kualitas informasi publik.
Peredaran informasi palsu ini tidak dapat dibiarkan. Karena peredaran informasi palsu dapat berdampak pada upaya pencerdasan masyarakat dan mempengaruhi pola pikir (kognitif). Selain itu masyarakat menjadi semakin enggan menyaring informasi atau melakukan komparasi informasi yang beredar dengan berita-berita yang diproduksi oleh media terpercaya. Dampaknya informasi palsu karena dianggap sebagai hal benar dan biasa. Jika kondisi ini terjadi, masyarakat berisiko mengambil keputusan yang tidak tepat, yang dapat membahayakan dirinya sendiri juga orang lain.
Terkait dengan isu-isu di atas, berdasarkan riset mandiri yang dilakukan oleh Tirto bersama dengan Center for Journalist (ICFJ) pada bulan Februari 2019 untuk melihat siapa pelaku penyebar hoaks dengan isu secara umum. Hasil survei menunjukan bahwa 66.67% orang dengan usia diatas 45 tahun cenderung untuk menyebarkan kembali berita hoaks yang mereka terima.
Sedangkan terkait penyebaran informasi palsu dan preferensi politik, hasil survei Tirto bersama dengan Jakpat menyatakan sebesar 41,01 persen responden menjawab pernah membagikan informasi palsu dari satu group WhatsApp ke group lainnya. Kecenderungan ini hampir dilakukan semua kelompok usia responden survei ini. Tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok usia satu dengan kelompok usia lainnya.
Upaya memerangi informasi palsu telah dilakukan oleh AMSI, AJI dan komunitas pemeriksa fakta Mafindo, dalam kolaborasi Cekfakta.com, aktif mengampanyekan upaya bersama melawan berita palsu atau hoaks beberapa tahun terakhir. Kampanye ini dilakukan dengan memberikan pelatihan tentang bentuk informasi palsu baik dalam kategori dis maupun misinformasi dan pemahaman bagaimana media bekerja (news literacy), serta kampanye di sosial media tentang pentingnya pemahaman dua hal tersebut pada komunitas kunci. Pelatihan selama ini banyak diberikan pada komunitas jurnalis, media, dan masyarakat.
AMSI, AJI dan komunitas pemeriksa fakta Mafindo dalam kolaborasi Cekfakta.com memandang perlu kampanye lebih masif di tentang pemahaman dis/misinformasi dan literasi berita khususnya di lingkungan pendidikan, khususnya sekolah; penting memberikan pemahaman tentang beragam dis/ misinformasi pada anak-anak sejak dini, agar mereka terbiasa berpikir kritis ketika menerima informasi.
Karena itu AMSI dan jaringan organisasi dan media yang tergabung dalam CekFakta akan menyelenggarakan diskusi terfokus atau (focus group discussion/FGD) bersama dengan pihak-pihak yang bergerak di bidang pendidikan, terutama guru-guru sekolah yang akan menjadi aktor penting dalam proses adopsi ini, untuk mendiskusikan peluang dan langkah yang perlu dilakukan agar Kurikulum Cek Fakta dan literasi berita dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah.
Untuk di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, kegiatan FGD yang merupakan kolaborasi dari AMSI Sulsel, Cek Fakta, Internews dan Google News, ini akan dilaksanakan selama dua hari, yakni 1 Juli hingga 2 Juli 2022 di Hotel Royal Bay, Jalan Sultan Hasanuddin No 24, Makassar. Para peserta yang hadir sebanyak 25 orang yang terdiri dari anggota DPRD Makassar, pihak Dinas Pendidikan, Dosen Perguruan Tinggi (PT) di Sulawesi Selatan, guru sekolah, perwakilan Dewan Pendidikan Makassar, perwakilan PGRI serta jurnalis.
“Adapun tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut yakni meningkatkan pemahaman stakeholder pendidikan terutama guru tentang bahaya dis/misinformasi. Selain itu, juga kita ingin memperkuatkan pengetahuan stakeholder pendidikan terutama guru tentang bentuk dis/misinformasi dan pentingnya literasi berita (news literacy) bagi anak didik,” ujar Ketua AMSI Sulsel, Herwin Bahar.
Pemimpin Redaksi Lintasterkini.com ini juga mengungkapkan FGD Kurikulum ini diharapkan, dapat menciptakan ruang untuk melakukan pemetaan bersama tantangan dan peluang adopsi kurikulum Cek Fakta dan News Literacy ke dalam kurikulum sekolah. Termasuk juga membangun kolaborasi dengan stakeholder pendidikan untuk mendorong masuknya kurikulum Cek Fakta dan News Literacy ke dalam kurikulum sekolah.
“AMSI Sulsel sebagai penyelenggaran FGD di Makassar, selama ini memang konsen dengan menyosialisasikan anti hoax dan penerapan cek fakta di masyarakat. Sehingga, dengan adanya FGD ini, kampanye tentang bahaya dis/misinformasi bisa lebih luas penyebarannya,” tambah mantan wartawan Harian Fajar ini. (rls/alf)