JAKARTA, PIJARNEWS.COM–Saat bulan ramadan tiba, umat Islam dianjurkan untuk berbuka puasa tepat waktu, yaitu ketika matahari terbenam. Namun, bagaimana jika seseorang berada di daerah yang sulit mendengar azan maghrib? Apakah cukup berpatokan pada jadwal imsakiyah yang ada di ponsel?
Dilansir dari Liputan6.com, Pengasuh LPD Al-Bahjah Buya Yahya menjelaskan bahwa buka puasa harus didasarkan pada dugaan kuat bahwa waktu magrib telah tiba. Ini bisa diperoleh melalui berbagai cara yang dapat dipercaya.
Dalam sebuah pengajian, Buya Yahya menjawab pertanyaan dari seorang jemaah di Bandung yang mengalami kesulitan mendengar azan magrib karena minimnya jumlah masjid di daerahnya. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan apakah berbuka harus menunggu azan atau cukup melihat jadwal imsakiyah di ponsel.
Islam mengajarkan bahwa dalam menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ibadah, harus ada dasar yang bisa dipercaya. Oleh karena itu, berpatokan pada jadwal imsakiyah yang telah disusun berdasarkan perhitungan astronomi juga termasuk cara yang dapat diterima.
Allah telah menjelaskan dalam Alquran mengenai waktu berbuka puasa dengan jelas:
ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ
Summa atimmus-siyāma ilal-lail.
“Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Ayat ini menegaskan bahwa waktu berbuka adalah ketika malam telah tiba, yang dalam syariat Islam ditandai dengan terbenamnya matahari. Oleh sebab itu, mengetahui waktu magrib dengan metode yang akurat sangat penting.
Buya Yahya juga menyampaikan bahwa di era modern ini, teknologi dapat digunakan untuk membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah dengan lebih baik. Jadwal imsakiyah yang tersedia di ponsel atau media lain telah dihitung berdasarkan perhitungan yang akurat, sehingga bisa dijadikan acuan.
Namun, jika seseorang memiliki kesempatan untuk mendengar azan dari masjid atau musala terdekat, maka hal itu lebih utama. Mendengar azan tidak hanya menjadi tanda masuknya waktu magrib tetapi juga mengingatkan umat Islam untuk segera melaksanakan salat.
Di beberapa daerah yang sulit mendapatkan akses suara azan, misalnya di perkantoran atau tempat terpencil, penggunaan jadwal imsakiyah menjadi solusi terbaik. Dengan memastikan bahwa jadwal tersebut berasal dari sumber yang terpercaya, umat Islam tidak perlu ragu untuk berbuka berdasarkan informasi tersebut.
Selain itu, penggunaan teknologi seperti aplikasi waktu salat yang memberikan notifikasi juga bisa menjadi pilihan. Dengan begitu, seseorang tetap dapat mengetahui kapan waktu berbuka dengan akurat.
Dalam hal ini, Buya Yahya mengingatkan agar tidak ada keraguan dalam berbuka. Jika seseorang sudah yakin bahwa magrib telah tiba, maka tidak perlu menunda berbuka karena itu merupakan sunnah yang dianjurkan.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
‘An Sahl bin Sa‘d, anna rasûlallâh ṣallallâhu ‘alaihi wasallam qâl: lâ yazâlun-nâsu bikhairin mâ ‘ajjalul-fithr.
“Dari Sahl bin Sa’ad, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa menyegerakan berbuka adalah bagian dari ajaran Islam yang dianjurkan. Oleh karena itu, jika seseorang telah yakin bahwa waktu berbuka telah masuk, maka hendaknya tidak menundanya tanpa alasan yang jelas.
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya seseorang mengalami keterlambatan dalam berbuka karena masih ragu apakah waktu maghrib sudah tiba atau belum. Untuk menghindari hal ini, penting bagi setiap muslim untuk memahami cara memastikan waktu berbuka dengan metode yang sah.
Buya Yahya menegaskan bahwa selama seseorang memiliki dasar yang kuat untuk menyimpulkan bahwa magrib telah tiba, maka berbuka hukumnya sah dan puasanya diterima oleh Allah.
Kesimpulannya, mendengar azan memang merupakan cara terbaik untuk memastikan waktu berbuka. Namun, jika kondisi tidak memungkinkan, maka berpatokan pada jadwal imsakiyah atau aplikasi yang terpercaya juga sah dan diperbolehkan dalam Islam.
Dengan pemahaman ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih tenang dan tanpa keraguan mengenai waktu berbuka.(*)
Sumber: Liputan6.com