SIDRAP, PIJARNEWS.COM–Profesor Sitti Jamilah Amin ukir sejarah, sebab selain menjadi Profesor termuda ia juga satu-satunya profesor pertama wanita di IAIN Parepare. Capaian itu membuatnya bahagia dan bersyukur.
“Bahagia dan sangat bersyukur tentunya sebab saya harus kerja keras untuk memenuhi syarat khusus. Saya mengusul DUPAK GB dari IVa yang mana ketika itu KUM saya 400 menuju IVd dalam hal ini Guru Besar harus mengumpulkan KUM sebanyak 850,” ungkapnya.
Saat dikonfirmasi, Profesor Jamilah masih di Jakarta untuk menerima SK Guru Besarnya, pada Kamis (04/08/2022). Ia menyebut untuk mencapai itu ada suka dan duka yang harus dilaluinya.
“Suka duka pasti banyak kalau mau diurai satu persatu, tetapi beratnya ketika itu saya menduduki jabatan wakil Rektor I bidang APK, harus bisa bagi waktu antara tanggung jawab jabatan dengan waktu untuk menulis, tetapi malah disitu seninya sebab saya mengahiri masa jabatan saya dan juga bisa meraih gelar akademik tertinggi saya beberapa bulan setelah saya menyelesaikan amanah,” jelasnya.
Perempuan kelahiran 1976 ini memulai pendidikan strata satunya pada jurusan Perbandingan Agama (1999) lalu strata dua di Universitas Muslim Indonesia dengan jurusan Dirasah Islamiyah (2004), dan strata tiganya di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (2014).
Dalam berbagai riwayat jabatannya mulai dari Ketua Prodi Muamalah (2010-2014), Sekretaris P3M (2014-2018) dan Wakil Rektor I bidang Akademik & Pengembangan Kelembagaan IAIN Parepare (2019-2022), Sitti Jamilah Amin melewati berbagai tantangan. Menurutnya, keluarga menjadi motivasinya.
“Keluarga (suami dan anak-anak) terutama anak anak. Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik agar kelak menjadi panutan bagi mereka, bahwa kesuksesan itu tidak instans, harus melalui perjuangan dan kerja keras, harus diupayakan. Satu hal yang selalu saya tanamkan dalam diri saya bahwa pengusulan kenaikan pangkat itu ada hak yang mengikut untuk keluarga kita, makanya harus diupayakan,” urainya.
Berhasil menyandang gelar Professor menjadi hal yang sangat berarti baginya.
“Dulu waktu kecil saya selalu bercita cita jadi Guru, setelah saya masuk di kampus tercinta ini cita cita besar saya mau jadi Guru besar. Itu sebabnya saya mempersiapkannya secara serius untuk mencapai gelar akademik tersebut,” ucapnya.
Menulis adalah salah satu kunci untuk memenuhi persyaratan jadi Guru Besar.
“Jangan putus asa ketika tulisan dikembalikan atau di tolak, kembali menulis lagi. Semoga dengan adanya 2 Guru Besar (GB) ini dan insya Allah akan tambah lagi 1 GB dalam waktu dekat ini, menjadi pemantik dan penyemangat bagi dosen dosen yang memenuhi syarat untuk mengajukan kenaikan,” harapnya.