PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Terlahir dari keluarga sederhana, justru memacu semangat Muslindasari, alumni STAIN Parepare yang sekarang berganti nama IAIN Parepare ini meraih prestasi dan mewujudkan mimpi. Ia kini menjadi sosok pengadil di Pengadilan Tinggi Agama Bulukumba.
Ragam kisah suka dan duka mewarnai perjalanan hidupnya, Linda sapaan akrabnya lahir dari pasangan Muslimin dan Happe. Namun sang Ayah telah tiada pada 2016 saat Linda menempuh pendidikan S2. Almarhum Muslimin sehari-harinya bekerja sebagai buruh di pelabuhan Semayang, Kalimantan Timur. Sedangkan sang ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Linda menuturkan kedua orang tuanya sebagai pendidik hebat yang ia sangat banggakan. “Meskipun keduanya hanyalah seorang buruh pelabuhan dan ibu rumah tangga, tapi didikan dan nilai yang ditanamkan dalam diriku melebihi didikan guru besar,” ujar Linda melalui pesan watshapp seperti dikutip dari iainpare.ac.id.
Kehidupan sang orang tua seolah menjadi cerminan Linda menapaki dunia pendidikan, sejak dibangku kuliah. Wanita kelahiran Desa Gattareng, Kecamatan Marioriwawo, Soppeng pada 24 November 1990 ini dikenal sebagai sosok serius dan pekerja keras. Tak heran jika di setiap semesternya memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) yang baik.
Masa studi dilaluinya cukup singkat yakni hanya 3 tahun 6 bulan. Linda tercatat sebagai mahasiswa STAIN Parepare pada 2009 lalu dengan mengambil prodi Ahwalussyakhsiyah (AS), Jurusan Syariah. Ia berhasil menyelesaikan kuliahnya 2013 lalu. Linda juga termasuk peserta yudisium pertama bersama delapan orang seangkatannya. Bahkan meraih prestasi gemilang dengan IPK 3,95 (dengan pujian) dan menjadi wisudawan terbaik kedua tingkat STAIN kala itu. Padahal aktivitasnya cukup padat, mengingat Linda juga merupakan sosok aktivis kampus.
Sejak kuliah, Linda aktif pada organisasi kampus dan di luar kampus, seperti: ANIMASI, pengurus HMJ Syariah, PMII, dan menjadi penghuni Ma’had serta menjadi pengajar Baca Tulis Al Quran pada adik-adik angkatannya.
Meraih Strata I dengan Prestasi, tak membuatnya berpuas diri. Ia lalu melanjutkan pendidikan magister hukum Islam di UIN Alauddin, Makassar dan berhasil menyandang gelar magister hanya dalam kurun waktu 1 tahun 5 bulan.
Selang setahun menyelesaikan studi magister, sembari menjalani profesi sebagai dosen Luar Biasa pada beberapa kampus, Linda pun mendaftar seleksi penerimaan CPNS formasi calon hakim di Mahkamah Agung pada 2017. Dari seratus peserta yang ikut seleksi, hanya 7 orang dinyatakan lulus setelah mencapai passing grade dalam tes CAT di BKN.
Ia kembali mengikuti ujian SKB yang dilaksanakan selama tiga hari dengan materi Psikotes, wawancara, baca kitab, CAT materi hukum. Ia pun dinyatakan lulus pada November 2017.
“Alhamdulillah, berbekal doa orang tua yang saat itu jauh di Kalimantan mencari rejeki, dan tawakkal kepada Allah, saya diberikan kemudahan menjawab soal dalam waktu 90 menit, dan dinyatakan sebagai salah satu peserta yang lulus pada tes SKB selama tiga hari,” ujarnya.
“Melihat pengumuman dan namaku tertera disana, suatu nikmat tiada tara, berkat doa orang tuaku, guru-guruku dengan segala nasehatnya dalam mendidikku hingga semua ini bisa tercapai,” ungkap Linda menambahkan.
Lulus seleksi membuka jalan baginya meraih impian menjadi seorang hakim. Pendidikan selanjutnya ditempuhnya melalui program pendidikan calon hakim terpadu selama kurang lebih 17 bulan di pusat diklat Mahkamah Agung Mega Mendung Bogor. Lulus pendidikan Hakim, mahasiswa yang akrab disapa dengan nama ANIMASI (UKM seni) ‘Kara’ atau ‘Kasidah Rabana’, kini resmi menjabat sebagai hakim pratama di Pengadilan Agama (PA) Bulukumba, Sulawesi Selatan. Itu setelah ia dilantik dan diambil sumpahnya berdasarkan penempatan hakim pratama Ketua Pengadilan Agama Bulukumba, Jumat (17/4/2020) lalu.
Untuk mencapai impiannya, Linda memiliki prinsip dan menjadi motto dalam hidupnya dan kini telah dibuktikan.
“Jika ingin biasa maka lakukan yang biasa saja, namun jika ingin hasil yang luar biasa, maka lakukan usaha yang luar biasa pula,” katanya.
Linda menitip pesan untuk adik-adiknya yang kini menjalani masa kuliah di IAIN Parepare. ”Lalui proses dengan baik, rajin kuliah, hargai dosen, orangtua, teman-teman kampus. Tetaplah menjadi mahasiswa yang tidak kehilangan jati dirinya dengan pemikiran dan sikap intelektualnya. Tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Terima kasih kampus hijau telah memberiku peluang dalam berbagai kegiatan selama menjadi mahasiswa dan semua itu telah mengantarku berada di tempat ini,” pesan Linda.
Editor : Muhammad Tohir