TURKI, PIJARNEWS.COM – Hari Raya Idulfitri 1445 H jatuh pada, Rabu (10/4/2024) atau 1 Syawal 1445 hijriah. Ummat muslim di Seluruh dunia bergembira, apalagi saat berkumpul dengan keluarga.
Lalu bagaimana cerita para perantau yang jauh dengan keluarga saat momen ied, termasuk Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri.
Ahmad Dhiayaul Haq seorang mahasiswa asal Sulawesi Selatan yang berada di Turki misalnya. Dia berbagi cerita bagaimana lebaran di negeri yang kini dipimpin Recep Tayyip Erdogan itu.
“Kalau di Istanbul itu kita kumpul, habis itu ke Konsulat Jenderal RI (KJRI) untuk halalbihalal. Ada juga di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara,” ungkap Dhiayaul sapaannya.
Jadi, kata dia, mahasiswa yang berada di luar dua kota itu datang ke Istanbul atau Ankara untuk ikut meramaikan salat Ied di KJRI atau KBRI.
“Itu adalah momen yang menarik dan unik karena orang ke luar kota untuk lebaran. Disana nanti kita merasakan makanan khas Indonesia dan disana mahasiswa difasilitasi gratis. Makanya mahasiswa senang,” ujarnya.
“Itu juga dimeriahkan dengan beberapa WNI yang sudah menikah dengan orang Turki mereka mengadakan bazar, jualan disana dan bagi saya itu unik sih,” lanjutnya.
Selain itu, kata Dhiayaul, yang menarik dari pelaksanaan Ied di Turki itu tata cara salatnya. Karena, kata dia, dominan disana bermazhab Hanafi jadi pelaksanaannya beda. “Contoh ketika takbir rakaat kedua di Indonesia mayoritas 5. Takbir dulu habis itu baca Surah Al-fatihah, setelah itu baca surah pendek baru ruku’. Nah, disini tidak rakaat kedua itu baca Al-fatihah, baru surah pendek setelah itu baru takbir baru ruku’. Jadi kadang orang yang baru datang mereka tidak tau,” bebernya.
Dhiayaul sendiri melaksanakan salat Ied di Hagia Sophia, Istanbul. Kata dia, ia melaksanakan Ied di masjid yang dulunya sebuah museum. “Karena datangnya terlambat jadi salatnya di halaman,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan ada banyak WNI yang juga ikut salat Ied di lokasi tersebut. “Waktu kita selesai salat dan zikir pas mau foto-foto ternyata banyak orang Indonesia yang di sekitar, bahkan ada staf-staf KJRI yang juga ikut. Mungkin kira-kira ada ratusan yang WNI,” ujarnya.
Bagi Dhiayaul momentum hari Raya Idulfitri tahun ini adalah kesekian kalinya dia jauh dari keluarga. “Mungkin karena sudah terbiasa di perantauan jadi momentum seperti ini baginya sudah terbiasa. Meskipun rasa rindu juga tetap ada,” ucapnya.
Ia menceritakan momentum dirinya bersama keluarga saat lebaran di Indonesia pada malam harinya baju yang ingin dipakai salat digantung rapi. “Kalau Turki ini orang yang pulang ke malaman, besok pagi kadang tidak sempat salat, jadi kelewatan momen. Dia mendoakan terbaik keluarganya yang ada di Indonesia tetap sehat dan selalu memberikan kabar dan menanyakan kabar,” tandasnya.
Selain itu, kata dia, yang unik lainnya di Turki dibandingkan di Indonesia, jika di Indonesia mayoritas tradisi halalbihalal itu memberikan uang kepada anak-anak, tetapi kata Dhiayaul, di Turki berbeda, disana anak-anak diberikan permen. “Kalau bahasanya disini itu secerly, semacam manisan atau permen, itu yang diberikan ke anak kecil,” ujarnya. (why)