BEIRUT, PIJARNEWS.COM — Dua ledakan besar yang mengguncang Ibu Kota Libanon, Beirut, telah menewaskan ratusan orang dan melukai sekitar 5.000 warga. Puluhan orang masih hilang.
“Beirut menangis, Beirut berteriak, orang-orang histeris dan orang-orang lelah,” kata pembuat film Jude Chehab kepada BBC, menyerukan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menghadapi keadilan.
Chadia Elmeouchi Noun, warga Beirut yang saat ini berada di rumah sakit, mengaku gemetar mendengar ledakan itu.
Pemerintah mengumumkan, sejumlah pejabat pelabuhan Beirut ditempatkan di tahanan rumah menunggu penyelidikan atas ledakan tersebut.
Dewan Pertahanan Tertinggi Negara mengingatkan mereka yang dianggap bertanggung jawab akan menghadapi hukuman maksimum.
Sementara itu, Amnesty International dan Human Rights Watch telah menyerukan penyelidikan independen atas ledakan tersebut.
Pada sebuah pernyataan, HRW mengatakan, pihaknya memiliki keprihatinan serius tentang kemampuan peradilan Lebanon untuk melakukan penyelidikan yang kredibel dan transparan.
Apa Pemicu Ledakan?
Amonium nitrat yang digunakan sebagai pupuk di pertanian dan sebagai bahan peledak, dilaporkan berada di gudang di Pelabuhan Beirut selama enam tahun setelah diturunkan dari kapal yang disita tahun 2013.
Kepala Pelabuhan Beirut dan Kepala Otoritas Bea Cukai mengatakan, kepada media setempat bahwa mereka telah menulis surat kepada pengadilan beberapa kali meminta agar bahan kimia itu diekspor atau dijual untuk memastikan keamanan pelabuhan.
Manajer Umum Pelabuhan Hassan Koraytem, mengatakan, telah mengetahui bahwa bahan itu berbahaya ketika pengadilan pertama kali memerintahkannya disimpan di gudang.
Amonium nitrat tiba dengan kapal berbendera Moldovan, Rhosus, yang memasuki pelabuhan Beirut setelah mengalami masalah teknis selama pelayarannya dari Georgia ke Mozambik, menurut Shiparrested.com diktip BBC, yang menangani kasus-kasus hukum terkait pengiriman.
Rhosus diinspeksi, dilarang pergi dan tak lama kemudian ditinggalkan pemiliknya, memicu beberapa tuntutan hukum. Kargo disimpan di gudang pelabuhan untuk alasan keamanan, kata laporan itu.
Pasukan keamanan telah menutup area luas di sekitar lokasi ledakan dan penyelamat telah mencari mayat dan korban selamat di bawah puing-puing sementara kapal-kapal menggeledah perairan lepas pantai. Puluhan orang masih hilang.
Menteri Kesehatan Masyarakat, Hamad Hassan, mengatakan pihaknya kekurangan tempat tidur dan tidak memiliki peralatan yang diperlukan untuk merawat warga yang terluka dan merawat pasien dalam kondisi kritis.
Menurut Gubernur Beirut, Marwan Aboud, sebanyak 300.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat ledakan itu. Beirut membutuhkan makanan, Beirut membutuhkan pakaian, rumah, bahan untuk membangun kembali rumah.
“Beirut membutuhkan tempat bagi para pengungsi, untuk rakyatnya,” katanya. (er)