MAKASSAR, PIJARNEWS. COM — Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Pesan peribahasa ini; setiap orang yang meninggal, pasti akan dikenang sesuai perbuatannya di dunia.
Kabar itu menyeruak cepat. Di grup-grup WhatsApp. Di kalangan civitas akademika IAIN Parepare, utamanya. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, tutup usia. Dr Muhammad Kamal Zubair, M.Ag, yang sehari-hari sangat melekat dengan aktivitas kampus, pergi selamanya.
Usianya tahun lalu baru kepala lima. Impian-impiannya melangit. Memajukan kampus yang dinaunginya. Tetapi misteri Ilahi, tidak pernah ada yang tahu. Mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Parepare itu sebelumnya terlihat sehat-sehat saja. Barulah usai operasi, kolega mengetahui bahwa almarhum mengidap kanker usus. Tepat pada Jumat (23/2/2024) di hari berkah, Kamal Zubair mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit (RS) Jogja Internasional Hospital (JIH) Yogyakarta.
Tidak sedikit sahabat, keluarga dan kolega yang mengenang kebaikan-kebaikannya. Dari kalangan civitas akademika IAIN Parepare, Alfiansyah Anwar, S.Ksi, MH, misalnya. Fian, panggilan karibnya, mengenang kebaikan Kamal Zubair yang luar biasa.
“Saya masih dosen LB (Luar Biasa) di IAIN Parepare dan beliau senior. Waktu saya berjalan kaki menanjak karena kondisi kampus berbukit-bukit, melintaslah beliau dengan motornya. Saya langsung ikut dibonceng. Di situlah awal pertemanan saya, ” tutur dosen Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Parepare, Sabtu (24/2/2024).
Keakraban terus terjalin di antara keduanya. Baik lewat pesan WhatsApp maupun dalam pelbagai kegiatan misalnya di Organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Parepare.
Belum lama ini, Kamal Zubair juga merekomendasikan dirinya untuk memimpin Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Redline. Dr Kamal juga menandatangani surat rekomendasi agar Fian lanjut kuliah Strata Tiga (S3) UIN Alauddin Makassar. Dan, tak kalah berkesannya Fian dengan sosok Kamal yang murah senyum dan kerap menolong. Ketika almarhum pulang ke Yogyakarta karena anak dan istrinya mukim di Kota Pelajar itu, Fian biasa menitip buku ajar.
“Saya selalu titip buku karena berganti-ganti mata kuliah. Kadang beliau pakai uangnya dulu baru saya ganti. Luar biasa kebaikan beliau. Semoga kita bisa meniru kebaikannya dan semoga amal ibadah beliau dilipatgandakan, Allah mengampuni dosa-dosanya dan keluarganya diberikan ketabahan,” harap Direktur Pijarnews.com yang juga jurnalis Metro Tv wilayah Ajatappareng ini.
Kamal Zubair semenjak S1 hingga selesai S3 menamatkan pendidikannya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam masa pendidikan itu pernah menetap di Asrama Merapi Sulsel saat masih kuliah S2.
Ketua Asrama Merapi Yogyakarta di tahun 2001 juga punya kenangan baik dengan almarhum. Dia adalah Dr. Syukri, S.Sos, M.Si yang kini sebagai Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar.
“Kami memanggilnya kak Emil. Kamarnya di asrama berjejer kamar saya. Saya tidak bisa melupakan jasa beliau,” tuturnya dihubungi Pijarnews.com, malam tadi.
Kala itu, Syukri muda sedang menyusun skripsi akhir tahun 2000. Syukri meminjam komputer di kamar almarhum. Bahkan, tak segan-segan Kamal turut membantu mengetik skripsi tersebut hingga dini hari.
“Hampir subuh dan tiba-tiba separuh lebih data skripsi saya hilang. Saya stres dan sudah menyerah karena pagi hari itu juga saya sudah janji membawa naskah skripsi saya ke dosen pembimbing. Saya juga mengejar deadline semester jangan sampai bayar SPP lagi,” cerita Syukri.
Dan apa yang terjadi kemudian? Kamal menasehatinya untuk tidak menyerah. Lagi-lagi, almarhum membantu mengetik ulang sampai skripsi itu selesai tepat pagi harinya. Keduanya tidak tidur.
“Alhamdulillah, saya bisa selesai. Tanpa menyeberang semester. Saya dibantu komputer, dibantu lagi mengetik skripsi. Kalau bukan karena bantuan kak Emil, mungkin saya tidak selesai tetapi lambat,” kenangnya.
Pemimpin Redaksi Pijarnews.com, Dian Muhtadiah Hamna, juga baru “ngeh” ketika ramai di grup wartawan tentang kabar meninggalnya Kamal Zubair.
Setelah Dian melihat foto almarhum yang beredar, Dian baru sadar seperti mengenal sosoknya.
“Saya perhatikan tahi lalat di kanan dagunya. Kayak kenal beliau tetapi kapan. Setelah saya konfirmasi ke teman-teman asrama Merapi, baru ingat beliau yang sering ajak saya ngobrol kalau saya main ke asrama sepulang les SMA,” terangnya.
Usia Dian kala itu masih remaja. 19 tahun. Dian bersekolah di Jogja. Dan kadang main ke asrama Merapi Sulsel karena tempat les sekolahnya berdampingan asrama tersebut.
“Saya lahir dan besar di Jogja, jadi kurang punya banyak teman asal Sulsel. Di asrama itu, jadi punya banyak kenalan. Tetapi kak Emil-lah yang paling sering ngajak ngobrol di ruang tamu. Saya lupa cerita apa saja. Sudah 24 tahun lalu. Yang saya ingat, wajah beliau itu sangat teduh,” paparnya.
Orang baik itu boleh pergi. Tetapi perjuangannya membesarkan IAIN Parepare, cita-cita dan impiannya yang belum terlaksana semoga akan diteruskan oleh civitas akademik. Selamat jalan, Kamal Zubair. Sampai bertemu kembali dalam kehidupan abadi di sisi-Nya. (*)