PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Di balik kesulitan ada kemudahan. Kalimat tersebut menjadi penyemangat Muhammad Husnul (24) hingga bisa menyelesaikan studinya di IAIN Parepare. Ia juga tak menyangka menjadi Lulusan Terbaik di Fakultas Syariah dan Hukum Islam (Fakshi). Oleh karena itu, ia sangat bersyukur kepada Allah Subhana Wata’ala atas capaian tersebut. Bagaimana kisahnya melewati beragam rintangan? Ayo simak tulisan Husnul dengan gaya bertutur yang dikirim ke Pijarnews.com, Selasa (29/8/2023).
Saya adalah seorang yang terlahir dari keluarga sederhana. Cita-cita saya ingin menjadi seorang hakim di Pengadilan Negeri. Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Ayah saya bernama Syarifuddin bekerja sebagai petani. Sedangkan ibuku bernama Haweni bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kami tinggal di
Pekkae, Kelurahan Palanro, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru.
Untuk mengapai cita-cita, tentu saya harus menempuh pendidikan tinggi.
Oleh karena itu, saya memilih kuliah di salah satu kampus di Kota Kelahiran Presiden BJ Habibie yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare. Saya mengambil Program Studi Hukum Pidana Islam (HPI), Fakultas Syariah dan Hukum Islam (Fakshi). Banyak rintangan yang saya lewati untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
Di semester satu, biaya kuliah saya masih ditanggung oleh orang tua, sehingga setiap hari libur, saya selalu pulang kampung di Kabupaten Barru untuk membantu orang tua. Tujuannya agar dapat membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) di semester berikutnya.
Hal tersebut saya lakukan sampai selesai semester dua. Karena saya paham bahwa mahasiswa harus mampu menempatkan dirinya di dalam suatu kondisi. Hal tersebut melatih kepribadian diri seseorang untuk menjadi disiplin yang dapat menggunakan waktu secara optimal dan bermanfaat.
Pada saat ingin memasuki semester tiga, saya dan keluarga ditimpa musibah. Rumah orang tua kami ludes terbakar. Hampir seluruh perabotan rumah tangga, pakaian dan buku-buku kami hangus terbakar.
Kejadian terbakarnya rumah orang tua tersebut, membuat saya kebingungan. Di benak saya berkecamuk pikiran, apakah saya masih bisa melanjutkan kuliah atau harus cuti dulu. Sebab semua perlengkapan kuliah habis terbakar.
Melihat keadaan itu, saya tidak mungkin membebani orang tua untuk tetap membayar uang semester kuliah. Saat itu, saya berharap orang tua bisa punya rumah kembali. Nanti setelah itu saya akan kembali melanjutkan perkuliahan.
Beberapa hari usai kejadian, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HM-PS) Hukum Pidana Islam dan Dema Fakshi berinisiatif menyurati Rektor agar saya dapat memperoleh bantuan. Sehingga dapat melanjutkan perkuliahan. Setelah inisiatif para pengurus Dema Fakshi, saya akhirnya mendapatkan bantuan dari dosen dan tenaga kependidikan sebagai rasa empati dan peduli.
Dari bantuan itu pun saya bisa kembali melanjutkan perkuliahan pada semester tiga. Sampai pada akhir semester tiga saya mendapatkan informasi bahwa nama saya masuk dalam penerima Beasiswa KIP.
Hal tersebut membuat saya semakin semangat untuk menggapai cita-cita.
Namun sebagai mahasiswa yang mendapatkan beasiswa, harus memiliki konsep, komitmen, konsisten dan punya prestasi. Baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik yang dapat dibanggakan oleh prodi.
Sehingga dalam perkuliahan, saya selalu aktif diskusi dalam kelas dan mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) saya yaitu 4,00.
Namun memiliki IPK 4,00 bukanlah hal yang mudah untuk mempertahankannya sampai lulus. Karena setiap mata kuliah yang berbeda-beda kita harus ketemu dengan dosen yang berbeda-beda juga dan memiliki cara penilaian yang berbeda. Karena itu saya selalu membuat jadwal sendiri, kapan saya harus bersantai dan kapan untuk fokus pada pembelajaran. Salah satu contoh ketika ada tugas yang deadlinenya cukup lama, mungkin beberapa mahasiswa mengerjakannya ketika menjelang waktu hari pengumpulan tugas, sehingga apa yang dia kerjakan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Berbeda dengan saya, ketika ada hal seperti itu saya langsung mengerjakannya dengan cara menyicilnya. Sehingga hal penting tersebut tidak membuat mendesak untuk dikerjakan.
Selain itu juga, dukungan dan doa orang tua selalu menyertai. Saya juga memiliki salah seorang dosen yang menjadi motivator sehingga saya bisa seperti ini. Dia adalah Ibu Andi Marlina, Ketua Prodi Hukum Pidana Islam. Selain itu sejumlah dosen juga tak henti-hentinya memberi support dan mengajarkan saya bagaimana bergelut dalam dunia perkuliahan. Termasuk saat penyelesaian skripsi. Saya dibimbing oleh Dosen, Bapak Dr H Islamul Haq dan Alfiansyah Anwar.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor IAIN Parepare, Bapak Dr Hannani dan Dekan Fakshi, Ibu Dr Rahmawati serta seluruh dosen dan tenaga pendidik yang selama ini mendidik dan memberikan bantuan.
Atas bantuan dan supportnya, sehingga saya bisa menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 4,00. Saya juga berhasil lulus 3 tahun 7 bulan. Menjelang wisuda, saat berada di dalam Auditorium IAIN Parepare, Sabtu (26/8/2023), saya kembali mendapat kabar baik. Saya tiba-tiba diajak untuk memasukkan surat lamaran pekerjaan oleh seorang pimpinan perusahaan swasta untuk bekerja di tempatnya. Usai berkonsultasi dengan orang tua dan telah melakukan salat istikharah, maka tanpa berpikir panjang saya mempersiapkan berkas dan mengirimkan surat lamaran tersebut. Karena itu, saya mohon doa dari keluarga, Bapak/Ibu Dosen dan tenaga pendidik serta para sahabat, agar bisa mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di kampus. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan doanya. (alf)
Biodata :
Nama : Muhammad Husnul Syam
Tempat Tanggal Lahir : Barru, 31 Oktober 1999
Pendidikan :
SD Negeri 136 Barru
SMP Negeri 22 Barru
SMA Negeri 4 Barru
S1 di IAIN Parepare
Ayah : Syarifuddin
Ibu : Haweni
Alamat : Pekkae, Kelurahan Palanro, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru