PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Pada malam kedua Ramadan, Sabtu, 1 Maret 2025, suasana di Masjid Al-Azhar Islamic Centre, Jalan Agus Salim, Kota Parepare, terasa begitu syahdu. Cahaya lampu masjid memantulkan ketenangan, seolah berbaur dengan lantunan doa yang menggema di antara saf-saf jamaah.
Salat Isya dan Tarawih malam itu dipimpin oleh Imam Besar Masjid Al-Azhar Islamic Centre, Ustadz Hamka. Sosok yang dikenal dengan bacaan tartilnya yang meneduhkan ini merupakan alumni Pesantren DDI Mangkoso dan jebolan STAIN Parepare—kini IAIN Parepare.
Di sampingnya, tiga imam pembantu turut melengkapi harmoni ibadah malam itu. Ada Ustadz Herman, lulusan Pesantren DDI Kaballangan, Ustadz Hasanuddin dari Pesantren DDI Poleko, serta Ustadz Ayyub, alumni DDI Jampue Pinrang. Ayyub kini tengah menyelesaikan studi strata satunya di IAIN Parepare. Khusus pada malam ini, Ustadz Ayyub memimpin salat witir, melengkapi rangkaian ibadah dengan khidmat.
Kolaborasi mereka bukanlah hal baru. Sudah puluhan tahun para imam ini bahu-membahu menghidupkan Ramadan di Islamic Centre. Kekompakan mereka tak hanya terasa dalam irama bacaan salat, tetapi juga dalam wirid dan salawat yang menggema di sela-sela tarawih. “Wirid dibacakan di sela istirahat salat tarawih, memberi jeda dan menguatkan kekhusyukan,” ujar Ustadz Herman.
Malam itu, ribuan jamaah memenuhi saf, berasal dari berbagai penjuru Parepare. Mereka meluber hingga ke halaman masjid milik Pemerintah Kota Parepare ini.
Tak hanya dari sekitar Jalan Agus Salim dan Jalan Delima, ada pula yang datang dari tempat lebih jauh. Seorang jamaah, Baswedan dari Perumahan D’Nailah, Bacukiki, misalnya, rela menempuh perjalanan sekitar lima kilometer demi merasakan atmosfer ibadah di Masjid Al-Ashar.
Sebelum tarawih, hadirin disuguhkan tausiyah dari Dr. Andi Abdul Muis, S.Pd.I, M.Pd.I, Dosen Universitas Muhammadiyah Parepare. Dengan nada lembut, ia mengingatkan betapa Ramadan adalah bulan penuh keberkahan. “Bergembiralah dengan datangnya Ramadan. Isilah malam-malamnya dengan ibadah—salat berjamaah, tarawih, membaca Al-Qur’an, dan amalan sunah lainnya,” pesan Abdul Muis.
Di luar masjid, angin malam berembus pelan, menyusup di antara dedaunan yang berbisik lirih. Di dalam, lantunan doa masih menggema, membasuh hati yang rindu pada kedamaian Ramadan. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar