Pada kesempatan tersebut, Mentan RI juga memberikan bantuan sarana produksi kepada petani seperti, alat pra panen dan pasca panen. Tidak hanya itu, ia juga mendorong para petani menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.
Kepada pemerintah setempat, SYL mengimbau agar mendampingi produksi tanaman kedelai tersebut dengan menjaga kualitas bibit tanaman yang terbaik. Hal itu, sebagai bentuk komitmen Kementan dalam mengembangkan bantuan budidaya kedelai seluas 500 hektar di Polewali Mandar.
“Ditjen Tanaman Pangan, ganti bibit di sini (untuk seluruh komoditas) 1.000 ha bibit ya, mau padi, jagung, kedelai, nanti Bupati yang bantu aturnya mau dikasih kemana bibit ini,” perintah Mentan SYL kepada Direktur Akabi Ditjen Tanaman Pangan.
Data panen Kedelai Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019 lalu tedapat luas tanam sebesar 16.158 Ha dengan produksi 28.800 ton biji kering, dengan produktivitas sekitar 1,7 Ton/Ha. Untuk itu, Mentan menyampaikan perlu adanya pengembangan varietas benih yang provitas lebih tinggi lagi.
“Pengembangan varietas benih provitas di atas 3 ton per hektar, dengan kunci pengembangan kedelai ada di aspek benih dan harga. Seluruh benih unggul yang ada di Litbang Kementan harus disalurkan untuk peningkatan produksi.” pungkasnya
Hilirisasi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan kedelai untuk mensolusi harga. Oleh karenanya, Mentan Syahrul kembali dengan tegas menyatakan perlu dibangun kemitraan petani dengan industri supaya dapat memberi kepastian pasar dan pemanfaatan KUR, sehingga petani tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah.
“Perumusan sistem pemasaran produk menjadi hal yang mesti diperhatikan untuk bisa mengenalkan produk lokal. Komitmen Kementan terhadap kedelai sangat kuat. Pengembangan kedelai dikelola dengan model Korporasi Petani sehingga semua pelaku usaha mendapat manfaat dari program ini, petani memperoleh layanan sarana produksi dan modal, terlindungi asuransi dan ada kepastian pasar dan jaminan harganya,” ucap Mentan.
Terkait hal itu Direktur PT. Dwitunggal Nusa Mandiri, Petrus Chandra, sebagai perusahaan Mitra Petani dengan fungsi offtaker turut hadir menyambut hasil produksi dari petani dengan menyerap pembelian kedelai di Sulbar.
Luasan tanaman kedelai yang di panen di Kecamatan Wonomulyo pada musim kali ini dihasilkan dari kurang lebih luasan lahan sekitar 540 hektare, sedangkan Desa Bumiayu sendiri menghasilkan luasan panen sebanyak 190 Ha.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Kabupaten Polewali Mandar, H Hassani menyebutkan, pertanaman kedelai yang dipanen kali ini adalah hasil dari pertanaman yang dimulai pada akhir bulan Juli sampai dengan pertengahan bulan Agustus 2020 lalu, dari varietas kedelai Argomulyo dan Anjasmoro.
“Benih yang digunakan merupakan bantuan pemerintah, mayoritas di sini menggunakan varietas anjasmoro. Beberapa petani memang menukar benihnya dengan Argomulyo, karena Argomulyo bijinya lebih besar dan umurnya lebih genjah,” ungkap Hassani
Pemanfaatan lahan setelah musim padi gadu yang dimaksimalkan dengan membuat pola menanam kedelai, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani Polman.
“Upaya yang kita lakukan adalah dengan melakukan sosialisasi dan mengikat kerjasama dengan perusahaan sebagai offtaker, yang dapat menjamin pembelian hasil kedele dgn harga Rp7000/kg untuk calon benih dan Rp6500/kg untuk komsumsi.” terang Hassani.
Hadir pada kesempatan tersebut, para eselon 1 Kementan berserta jajaran, Wakil Ketua DPRD Sulbar, Wakil Ketua Kejati Sulbar, Wakapolda Sulbar, para Pjs. Bupati dan segenap unsur Forkompimda Sulbar. (rls/hmd)
Editor : Alfiansyah Anwar