MAKASSAR, PIJARNEWS.COM—Anak-anak seusianya, pada umumnya, kini lebih banyak menghabiskan bermain gadget sepulang sekolah. Tetapi berbeda Anugrah, bocah berusia 11 tahun itu lebih memilih bekerja.
Saya menemuinya di Dermaga Kayu Bangkoa, Ahad (1/12/2024) lalu. Bocah berkulit sawo matang itu membantu pamannya bernama Nasran. Mereka bertugas sebagai pengantar penumpang yang ingin berkunjung ke pulau-pulau terdekat dari Kota Makassar.
Bahkan, Uga, sapaan karibnya, turun langsung menarik tali perahu saat hendak sandar di dermaga. Tubuhnya yang mungil tidak seberapa dibanding semangat kerjanya yang besar.
Dia rela merasakan kerasnya kehidupan di usia belia, karena dia memang ingin mandiri secara finansial sejak dini.
Putra bungsu tiga bersaudara dari pasangan Santi Masri dan Sofyan Jalil saat ini masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Namun, profesi itu dilakoni sejak dua tahun lalu.
“Kalau bekerja, bisa dapat uang jajan. Tidak minta lagi ke orang tua,” ucap bocah kelahiran 10 Oktober 2013 silam.
Pekerjaan ini tidak mengganggu jadwal sekolahnya. Karena dia baru melakoni sepulang sekolah. Sekitar puku 01.00 hingga pukul 20.00 Wita. Kalau wisatawan lagi sepi, waktu pulang lebih cepat. Biasanya, pukul 16.00 dia sudah kembali ke rumahnya di Jl Somba Opu.
Untuk menggunakan jasa Uga, tiap penumpang kapal dipatok tarif Rp25 ribu untuk rute dari Makassar ke Pulau Gusung. Ada beberapa rute yang ditempuhnya, misalnya ke Pulau Samalona, Pulau Kodingareng maupun Pulau Lanjukang.
“Setiap hari saya pergi bawa tamu, jadi kalau pulang sekolah langsung ka ganti baju lalu pergi ke dermaga siapkan kapal sama om-ku,” ucapnya dengan dialek Makassar. Uga dan pamannya bertugas hanya untuk mengantar tamu namun setelah itu dia kembali lagi ke dermaga.
Tidak jarang, kapal yang digunakan untuk mengantar penumpang ke pulau mengalami kerusakan di tengah laut. Mereka terpaksa menunggu beberapa saat untuk mendapat bantuan dari darat. Dalam keadaan kapal yang bermasalah, Uga sudah terbiasa.
Dia tidak panik. Malah, dia juga berusaha menenangkan penumpang kapal.
Kalau nasibnya mujur hari itu, biasanya dia dapat tambahan tip dari penumpang. Angkanya juga bervariasi. Rp50 ribu hingga Rp100 ribu, bisa masuk ke sakunya.
“Tapi tidak setiap hari dapat tip dari penumpang, sesekali saja,” sambungnya. Terkadang jika Uga mendapat tip dari penumpang dengan nominal yang besar, ia memberi uang tersebut kepada orang tuanya. Sebagian kecil saja diambilnya sekadar untuk jajan.
Uga punya impian mulia. Dia ingin menjadi seorang TNI-AD. Ia senang dengan penampilan dan gagahnya seorang tentara.
“Mau sekali ka jadi tentara, jadi dari sekarang bekerja supaya kuat badanku nanti kalau mau jadi tentara, tidak loyo-loyo (tidak lemah, red),” alasannya.
Menurut salah satu penumpangnya, Rizal (24) bocil itu asyik diajak bicara.
“Salah satu yang bikin saya tertarik menggunakan kapal ini karena ada Uga yang asyik di ajak ngobrol. Walaupun umurnya beda jauh, selalu nyambung dengan dia,” kesan Rizal yang hendak ke Pulau Gusung.
Di tengah kesibukan Uga bekerja bersama pamannya, ia juga sangan hobi memancing. Uga sering sekali memancing di dermaga tempat kapalnya berlabuh sembari menunggu pengunjung yang akan bertolak ke pulau-pulau. Tidak jarang Uga juga memancing sampai di tengah laut bersama pamannya.
“Kalau di tengah laut memancing bagus, karena banyak ikan dan lumayan besar-besar juga,” ungkapnya. Dari hobinya yang senang memancing, Uga biasanya menyisihkan hasil dari kerjanya untuk membeli peralatan pancing.
Di ujung obrolan, Uga punya pesan kepada anak muda. “Selagi bisa dan masih sehat bantu orang tua, jangan malas-malasan karena orang tua tidak selamanya sehat dan muda,” ingatnya. (*)
Citizen Reporter: Nur Rezki Ramadani
(Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar)