OPINI — Kakek KH Muhammad Yusuf berpesan di masa hidupnya, “pelihara ini karena nilainya bisa berulang kali ber-haji”. Kalimat ini dilontarkan saat beliau memegang lembar ijazah yang diberikan oleh mursyidnya ketika hendak dipulangkan dari Mekah ke Nusantara (Indonesia sebelum merdeka, akibat gejolak politik di Arabia tengah oleh kelompok Wahabi diperkirakan sekitar tahun 1920 – an).
Sejarah mencatat, gerakan ini berhasil merebut Mekah dan Madinah pada tahun 1925 karena mampu mempersatukan kabilah-kabilah, melalui instrumen politik reformasi Islam, untuk mengembalikan masa-masa Islam seperti pada abad ke-7 di bawah pimpinan Nabi Muhammad saw.
KH Yusuf Muntu al Buqisy Al Syadzili (nama dalam ijazah), adalah termasuk saksi sejarah dari gerakan Wahabi ketika itu. Acap kali dalam ceritanya disampaikan bahwa gejolak politik terjadi di saat diri dan teman-temannya masih betah di Mekah dan belum berniat untuk kembali.
Ketika itu para pelajar didesak agar segera dikembalikan ke tanah air masing-masing. Desakan itu semakin kuat dengan menutup sementara aktivitas belajar sambil melakukan proses pemulangan mereka. Spontan para pelajar menghadap ke mursyidnya dan menyatakan bahwa saat itu mereka masih hendak tinggal di Mekah, dan berharap akan meninggal di tempat tersebut.