PAREPARE, PIJARNEWS.COM–Pusat Studi Gender dan Anak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, menggelar kegiatan Penyuluhan Parenting dengan tema menjadi orang tua penyayang dan disayang (menghidupkan nilai kurrusumange’ dalam pengasuhan).
Kegiatan yang digelar di Auditorium IAIN Parepare pada Selasa (6/9/2022) itu dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Kota Parepare, Hj Erna Rasyid Taufan yang sekaligus sebagai narasumber.
“Alhamdulillah kegiatannya sangat luar biasa, kegiatan seperti ini tidak hanya dilaksanakan sekedar begitu saja, tapi ada tindak lanjut untuk kedepannya, misalnya melakukan langkah selanjutnya dan menjadi program rutin,” ujar istri Wali Kota Parepare HM Taufan Pawe tersebut.
Erna Rasyid Taufan berharap dengan dilakukan secara rutin sehingga betul-betul setalah dipelajari dan tertanam kepada para mahasiswa-i serta organisasi perempuan, mungkin bisa diaplikasikan.
“Karena ilmu itu harus diulang-ulang karena ilmu akan memudar jika tidak diulang,” ujarnya.
Pemateri lain Ust. Budiman Sulaeman menyebut ada tiga kategori utama pengasuhan, Pertama Otoritatif, dimana orang tua berkomitmen tanpa syarat kepada anaknya, seperti, menghargai pendapat, memberi dukungan yang diberikan anak.
“Kedua Otoriter, dimana orang tua memberi kontrol yang kuat dan tinggi terhadap anak. Terakhir yaitu Permisif, orang tua membiarkan anak mengendalikan aktivitasnya sendiri,” ucapannya.
Sementara, Asisten deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KemenPPPA RI
Rohika Kurniadi Sari dalam materinya menyampaikan apresiasi terhadap kampus IAIN Parepare, karena telah menggelar kegiatan tersebut, menurutnya saat ini penyuluhan parenting memang mengalami kondisi banyak yang gagal di pengasuhan.
“Sasaran utama dari kegiatan ini terutama untuk mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon orang tua dan akan menjadi pengaruh kebijakan dalam pengasuhan kedepan tentunya sangat penting diketahui,” ujarnya.
Dia berharap, hal itu menjadi kegelisahan bersama karena masih banyak anak yang harusnya ditumbuhkan oleh orang tua, namun gagal pada pengasuhan. Menurutnya anak-anak tersebut harus dilindungi bersama dengan pengasuhan yang baik yang layak anak, yang dilakukan mulai dari pemerintah pusat, masyarakat, orang tua dan keluarga untuk melakukan pengasuhan.
“Menjadi orang tua tantangannya tidak mudah dan anak yang kita asuh juga tidak mudah, dengan kegiatan ini menjadi awal membuka persepsi dan pandangan baru bagi mahasiswa sebagai ajang perubahan untuk mengawal pengasuhan yang layak pengasuhan yang baik,” katanya.
“Kedepannya anak-anak yang ditumbuhkan baik itu calon orang tua dan orang tua adalah anak yang berkualitas, dimana sumber daya manusia yang tumbuhnya tidak hanya fisik tapi juga spritual, mental, moral, sosial itu ada pada undang-undang perlindungan anak”, tutupnya.
Reporter: Lutpia