PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Sekolah sebagai institusi pendidikan kedua setelah rumah, seyogianya menjadi wadah yang mumpuni dalam menuntun kodrat belajar siswa. Sekolah senantiasa harus siap mengambil peran dalam membekali hardskill maupun softskill kepada siswa.
SMA Negeri 1 Parepare, dalam ikhtiar bersama, kembali mendapat atensi masyarakat, khususnya perguruan tinggi dalam keberhasilan siswa menyapu bersih seluruh cabang lomba sebagai juara pertama dalam event Kompetisi Sejarah oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare.
Lomba tersebut diadakan selama 3 hari yakni tanggal 8, 9 dan 10 Agustus di Aula Serbaguna Kampus Institut Agama Islam Negeri Parepare.
Kegiatan itu dilatarbelakangi harapan agar generasi melenial di jenjang SMA/MA sederajat memiliki wawasan sejarah yang cukup sebagai anak bangsa.
Kamra, Ketua Panitia Kompetisi Sejarah mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan keberadaan Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI), sebagai wahana mengembangkan pengetahuan sejarah di Institut Agama Islam Negeri Parepare.
“InsyaAllah kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan, dengan harapan memperlombakan lebih banyak cabang dan memperluas kesempatan calon peserta dengan cakupan Ajattappareng bahkan Sulawesi Selatan,” ungkap Kamra.
Yuspita Awaliah menceritakan pengalamannya sebagai juara 1 lomba debat. Menurutnya, kegiatan itu sangat bermanfaat karena dapat membangkitkan jiwa kompetitisi dan juga kolaborasi.
“Ini karena kami sebagai tim utusan SMA Negeri 1 Parepare saling mensupport untuk memenangkan lomba. Di awal lomba dengan modal dukungan guru pendamping dan teman, saya berupaya optimal menandingi lawan dari sekolah lainnya yang selama ini dikenal hebat, demikian juga di babak final kembali ketemu dengan mereka. Ahamdulillah, kami bisa menunjukkan kami lebih hebat,” tutur Yuspita Awaliah.
Senada dengan hal tersebut, Naurah Azizah Tamsil, gadis mungil yang juga dikenal aktif menulis opini di berbagai media, mengungkap cerita bagaimana dia bisa memenangkan juara pertama lomba cipta dan baca puisi bertema sejarah.
“Bagi saya menulis puisi bukanlah hal yang menjadi tantangan terbesar dalam lomba ini, melainkan membaca puisi bersaing dengan peserta lainnya yang hebat-hebat,” ujarnya dengan tersenyum.
Naurah mengatakan, kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk menilai seberapa besar potensi diri dalam mencapai prestasi. “Olehnya itu, semoga kegiatan ini ke depannya akan terus berlanjut hingga nantinya akan menghasilkan generasi-generasi yang peduli nilai-nilai sejarah dan peradaban, lalu mengambil peran untuk melestarikannya,” tutup Naurah.
Hal serupa juga disampaikan Rudiansyah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas saat didampingi oleh Andi Dirga, guru pendamping.
Rudi, sapaan akrab Rudiansyah mengatakan, dalam kegiatan tersebut dimaksudkan, generasi sekarang adalah pelaku sejarah saat ini sudah semestinya belajar dari masa lalu melalui sejarah.
“Menarik hikmah hingga tidak mengulang sejarah hitam dan berupaya menulis sejarah putih bangsa Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya dan pahlawan adalah bagian dari sejarah,” pungkas Rudi.
Andi Dirga sebagai guru pendamping
mengucapkan terima kasih untuk dukungan moril dan materil manajemen sekolah. “Dengan keterbatasan, kita bisa kembali menulis sejarah putih dengan prestasi siswa untuk SMA Negeri 1 Parepare,” tandas Dirga. (rls/alf)