PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Sejumlah akademisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Sulawesi Selatan tetap berkreasi di tengah tanggap darurat Virus Covid-19. Selain melakukan kuliah online, salah satu program studi di IAIN Parepare juga menggelar seminar secara daring atau dalam jaringan.
Tengoklah aktivitas Program Studi (Prodi) Bimbingan Konseling Islam (BKI) IAIN Parepare yang baru saja menyelenggarakan seminar bertajuk “Pribadi Sehat Mental Menghadapi Covid-19”. Seminar itu dilakukan secara online atau webinar.
Ketua Prodi BKI IAIN Parepare, Muhammad Haramain menjelaskan, seminar dilaksanakan secara online untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan kampus.
Selain itu, lanjut Haramain, sistem pembelajaran full daring ini juga merupakan ikhtiar untuk tetap melaksanakan tridharma perguruan tinggi. “Webinar ini secara fokus membahas self-talk positive, difusi inovasi terhadap social distancing dan menjadi pribadi resiliense,” ujar Haramain di Parepare, Rabu (1/4/2020) seperti dikutip dari laman pendis.kemenag.go.id, Kamis (2/4/2020).
Diterangkan Haramain, peserta Webinar terdaftar mencapai 76 orang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari empat kampus yaitu IAIN Parepare, UIN Alauddin Makassar, STAIN Majene dan IAIN Samarinda.
Sedangkan untuk materi, ada tiga pemateri dari dosen Bimbingan Konseling Islam yakni Adnan A Saleh (Difusi inovasi terhadap social distancing), Emilia Mustary (self-talk positive) dan Nurafiah (pribadi resiliense).
Menurut Haramain, webinar “Pribadi Sehat Mental Menghadapi Covid-19”, merupakan bentuk implementasi tanggungjawab Prodi BKI yang secara disiplin keilmuan menjelaskan kepada masyarakat segala aspek psikologi.
“Ini bagian dari tanggungjawab kampaye kami, khususnya dalam kajian konseling Islam, mengenai ketahanan diri, regulasi diri hingga teknik menjaga kesehatan mental akibat tekanan informasi dan penyebaran virus covid-19,” ujar Haramain.
Wakil Rektor III IAIN Parepare sekaligus Ketua Satgas pencegahan Covid-19 IAIN Parepare, Muhammad Saleh, mengatakan bahwa terbentuknya satgas pencegahan virus corona ini berperan mengedukasi masyarakat dan dipahami masyarakat banyak yang tidak mendapat informasi secara jelas.
“Bisa jadi kalangan bawah tidak memanfaatkan media sosial, ada kecemasan yang muncul tidak ada nutrisi informasi. Kita semua di rumah, orang yang cemas di sekeliling kita siapa mau peduli, boleh jadi masyarakat menengah ke bawah tidak mengkonsumsi media sosial, adanya kebijakan dilarang berkumpul, namun informasi tidak diberikan,” ujarnya.
Salah satu pemateri, Emilia Mustary dalam penyampainnya, menerangkan bahwa beberapa dampak pandemi covid-19 mempengaruhi kesehatan psikis masyarakat. “Berdasarkan informasi yang masuk pada himpunan psikologi Indonesia, masyarakat mengalami kecemasan ringan hingga berat, biasanya jarang di rumah, biasanya kerja lapangan harus tinggal di rumah,” terang Emilia.
Sementara itu, Adnan A Saleh, menyampaikan tentang proses difusi inovasi yang terjadi setelah munculnya pandemi virus corona. Menurutnya, hadirnya difusi atau perubahan sosial di masyarakat disebabkan beberapa hal, diantaranya wacana yang tidak konsisten yang beredar di masyarakat misalnya, awal mulanya disebut social distancing menjadi physical distancing, kepanikan tentang masker dan sekian masalah lainnya.
“Pentingnya gagasan perubahan sikap yang bijak pada masyarakat dalam menghadapi masalah penyebaran virus. Beberapa solusi dari perubahan ini dengan menerapkan social distancing agar terhindar dari penularan Virus,” ujarnya.
Selanjutnya, Ahli psikologi klinis IAIN Parepare, Nurafiah, menjelaskan bahwa resiliensi sebagai upaya mempersiapkan pribadi yang memiliki daya tahan terhadap informasi yang bisa mengganggu psikologis. “Resiliensi membantu individu beradaptasi dengan masalah yang diibaratkan dengan sistem imun tubuh,” terangnya. (*)
Sumber : pendis.kemenag.go.id